BINSAI (Bincang Santai) merupakan Progam Kerja dari departemen PSDM/Minat Bakat yang diselenggarakan setiap 1 bulan sekali. Pihak PSDM mengusung tema "Leadership to Talentship" yakni membahas tentang seluk-beluk kepemimpinan dalam kelompok tertentu, atau bisa juga diartikan "forum kepemimpinan yang mencetak pemimpin masa depan".
Alasan dibalik penetapan tema tersebut ialah untuk membangun sinergi kepemimpinan diantara anggota organisasi BEM FAI khususnya setelah lulus dari bangku perkuliahan, karena BEM FAI mempunyai harapan agar seluruh anggotanya memiliki pegangan berupa skill leadership yang baik, dimana skill tersebut sangat dibutuhkan dimasa mendatang, dan tema ini juga merupakan bentuk perwujudan dari salah satu misi BEM FAI kabinet Akasha Bhakti.
Pada hari Ahad tepatnya tanggal 14 Juli 2024, proker Binsai dilaksanakan untuk pertama kali dalam sejarah BEM FAI kabinet Akasha Bhakti, dengan menghadirkan salah satu narasumber terpercaya dari Universitas Darul 'Ulum Jombang, beliau ialah Ustadz Abdul Natsir S.Ag., M.HI. selaku wakil dekan lll di Fakultas Agama Islam.
Saat forum dimulai, ustadz Natsir mengutarakan bahwa kepemimpinan bisa berasal dari dua hal, yakni bakat kepemimpinan dari lahir dan bakat kepemimpinan yang di bangun dari pemula hingga mahir, dari sini timbul pertanyaan "apakah kepemimpinan itu sebuah bakat?", untuk mencari tahu mengenai pertanyaan tersebut, maka perlu menyimak artikel ini hingga akhir.
Pada dasarnya semua orang bisa menjadi pemimpin, namun tidak semua orang bisa memimpin, perlu ditegaskan bahwa kata "bisa" merupakan bentuk kemampuan yang hanya dimiliki segelintir orang, lalu timbul pertanyaan lagi "bagaimana seseorang sanggup menjadi seorang yang bisa(mampu)?", ada salah satu pernyataan yang kerap dikaitkan dengan sosok Ibnu Khaldun Rahimahullah ; "saat seseorang tidak/belum menguasai tentang suatu cabang ilmu, maka jalan pertama yang harus ia tapaki ialah dengan mempelajarinya", leadership merupakan cabang ilmu yang berpotensi memproduksi bakat-bakat pemimpin, pasalnya bakat merupakan kemampuan, dan kemampuan bisa didapatkan melalui proses pembelajaran, namun masih diperlukan latihan untuk menuai hasil yang diharapkan, karena belajar itu ibarat menciptakan aliran sungai, dan latihan itu ibarat mengaliri aliran sungai yang telah diciptakan, hingga akhirnya memberikan kemanfaatan untuk ekosistem sekitarnya.
Itu tadi merupakan deskriptif singkat mengenai "bakat kepemimpinan yang dibangun dari pemula hingga mahir", lalu "bagaimana dengan bakat kepemimpinan dari lahir?".
Manusia terlahir dalam keadaan berbeda-beda terutama dalam segi talenta/bakat, namun kali ini berfokus pada "bakat kepemimpinan dari lahir".
Seorang anak cenderung mewarisi sebagian besar kemampuan orang tuannya baik dari genetik Ayah maupun Ibu, hal ini berdampak pada perkembangan yang cepat dan pesat mengenai sesuatu yang diwarisinya, jadi tidak perlu heran jika ada seorang anak kecil yang sudah mampu memimpin pada kelompok usia sebayanya, ini merupakan hasil dari apa yang ia warisi dari kedua orang tuanya, maka tidak dipungkiri lagi bahwa anak yang memiliki bakat memimpin sedari dini merupakan aset berharga untuk menjulang masa depan yang cerah, baik bagi dirinya maupun orang sekitarnya. Namun kembali lagi pada anak itu sendiri, apakah ia mau dan mampu mengembangkan bakatnya, karena tidak sedikit orang yang berbakat tapi tidak siap untuk berkeringat(usaha).
Lalu "bagaimana kriteria pemimpin yang baik?".
Pemimpin bisa dikatakan baik saat memiliki 3 sifat penting, yakni integritas (jujur), intelektual (cerdas), dan komputabilitas (mampu menyelesaikan masalah dengan efektif dan memanajemen konflik), dari sini timbul pertanyaan "cerdas seperti apa yang dibutuhkan pemimpin?".
Batas minimal kecerdasan pemimpin ialah dengan memahami betul perihal apa yang sedang ia pimpin, hal ini bertujuan agar ia bisa mengorganisir kelompoknya dengan ciamik, terutama dalam menangani masalah yang muncul pada apa yang sedang dipimpinnya. Tapi perlu digarisbawahi, jika bekal cerdas saja tidak cukup untuk menjadi pemimpin yang baik, sebab banyak orang yang cerdas tapi tidak menggunakan kecerdasannya dengan cara yang cerdas(benar).