Mohon tunggu...
Bem Simpaka
Bem Simpaka Mohon Tunggu... -

baru belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Topeng Kaca

9 April 2012   03:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sejak mula aku menyadari betapa buruk wajah ini

tetapi birahi kekuasaan membuncah terbakar nafsu

ingin duduk di kursi bludru yang dulu pernah mendekapmu

ku putuskan memakai topeng kaca untuk menipu mereka

.

topeng kaca berbagai bentuk dan rupa harganya ribuan suara

dari paras seorang raja nan bijaksana hingga rupa alim ulama yang bertaqwa

membalut wajah ini setiap hari berharap tidak satupun yang mengenali

dalam balutan topeng kaca aku ingin menjadi seperti bukan diriku

.

tetapi topeng kaca tetaplah topeng kaca

tebalmu tidak mampu menutupi wajah burukku

jernihanmu semakin perlihatkan keruhnya tabiatku

tajamnya taring, nanarnya mata masih terlihat nyata

.

dibalik tebal kulitmu sia-sia rasanya ku sembunyikan marwah

dibalik jernihmu sia-sia rasanya ku tutupi citra

dibalik pantulan cahayamu bayangan ku terlihat semakin nyata

membentuk gambar hitam pekatnya tabiat kehidupan

.

topeng kaca, dalam balutanmu aku termangu-mangu

melihat mereka yang  tertipu memujaku tanpa rasa malu

topeng kaca, dalam balutanmu aku tersedu-sedu

menyesali dosa yang lumuri diriku karena telah terperangkap tipu

.

Bem Simpaka

Jakarta, 16-06-2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun