Mohon tunggu...
BELVA ANDRIANO SAPUTRO
BELVA ANDRIANO SAPUTRO Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Modifikasi Cerita Sejarah Majapahit agar Menjadi Cerita Sejarah Fiksi

29 Oktober 2024   08:15 Diperbarui: 4 November 2024   13:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Koda

Pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau bertepatan dengan 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Ia dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

 “Dengan berdirinya kerajaan ini, anda di minta untuk menjadi Raja pada kerajaan Majapahit” Kata Arya Wiraraja. “ Selamat ya atas menjadi Raja yang pertama di kerajaan Majapahit ini.” Saut para sahabatnya. 

Kerajaan Majapahit menjadikan Trowulan, yang kini berada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sebagai pusat pemerintahannya. Dari sinilah Majapahit memulai masa kejayaannya sebagai kerajaan terbesar di Nusantara.

1. Pilihan Kata dan Frasa Formal
Cerita menggunakan bahasa baku dengan pilihan kata dan frasa formal yang menekankan nuansa sejarah dan keseriusan peristiwa, seperti "dinobatkan", "menjadikan", "diperbolehkan", dan "memulai masa kejayaannya".
2. Penggunaan Kalimat Langsung
Penggunaan dialog langsung, seperti "Ayo pergi, kerajaan ini sudah tidak aman" atau "Selamat ya atas menjadi Raja yang pertama di kerajaan Majapahit ini," memberi kesan hidup pada cerita dan membantu pembaca merasakan suasana serta emosi tokoh.
3. Penggunaan Kata Sapaan dan Gelar
Tokoh-tokoh dalam cerita disebutkan dengan gelar atau panggilan hormat, seperti "Raden Wijaya" dan "Kepala Desa", yang mencerminkan status dan latar belakang sosial mereka serta memberikan nuansa kebangsawanan.
4. Penggunaan Majas Hiperbola dan Klimaks
Dalam bagian klimaks, terdapat hiperbola dan intensitas kalimat yang semakin memuncak seperti "AYOOO SERANG DIAAA", untuk memperlihatkan kekuatan dan emosi dalam pertempuran serta menambah ketegangan cerita.
5. Penggunaan Keterangan Waktu Historis
Keterangan waktu historis seperti "tahun 1215 Saka atau bertepatan dengan 10 November 1293" memberikan akurasi sejarah, sehingga memperkuat unsur historis cerita.
6. Penyisipan Deskripsi Latar Tempat
Cerita menyebutkan nama-nama tempat seperti "Kediri", "hutan Tarik", dan "Trowulan", yang berfungsi untuk membangun setting geografis yang nyata serta memberikan informasi kepada pembaca mengenai lokasi-lokasi penting pada masa itu.
7.Penggunaan Bahasa yang Mengandung Nilai Budaya dan Sejarah
Penggunaan istilah dan referensi budaya, seperti "Kerajaan Hindu-Buddha", "Maja", dan "Trowulan", mengaitkan cerita dengan nilai-nilai budaya dan sejarah Nusantara, yang memperkaya unsur latar budaya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun