[caption id="attachment_309387" align="alignleft" width="300" caption="Taman Satwa Cikembulan"][/caption]
Taman Satwa Cikembulan. Nama itu masih asing di telinga kita namun sudah tidak asing bagi masyarakat Kabupaten Garut dan sekitarnya. Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang tugas liputan di Garut, tidak lupa saya menyambangi tempat wisata yang ramah lingkungan ini. Taman Satwa Cikembulan terletak di Desa Cikembulan, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut. Berdiri di tanah seluas lima hektar, Rudi Arifin, selaku Manager Operasional yang saya temui menyatakan Taman Satwa ini bermula dari sebuah hobi. Hobi mengoleksi berbagai macam hewan sejak tahun 1998. Lalu pada tahun 2009, Taman Satwa Ciekmbulan dibuka untuk umum setelah mendapat izin dari Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Akses menuju Taman Satwa Cikembulan tidak sulit. Berada di jalur utama Bandung - Garut memudahkan siapa saja untuk berkunjung. Begitu kita sampai di Kecamatan Kadungora tepatnya selepas perlintasan rel Kereta Api, kita dapat melanjutkan perjalanan menggunakan delman dan ojek untuk sampai di Taman Satwa Cikembulan. Sepanjang perjalanan menuju Taman Satwa Cikembulan, kita akan disambut pemandangan yang menyejukkan mata. Hamparan sawah berwarna hijau. Gemericik air di pinggir kali bak alunan irama musik yang menenangkan hari. Pemandangan gunung gemunung tersaji dengan indah. Tidak lupa segarnya udara bersih yang terasa sejuk di paru paru.
Butuh waktu sekitar 5 - 10 menit menggunakan ojek atau delman dari jalan utama menuju Taman Satwa Cikembulan. Begitu sampai di depan pintu gerbang taman, kita akan disambut riuhnya suara dari satwa satwa yang ada di dalam taman. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp. 12.000,- untuk dewasa saya segera bergegas masuk ke taman. Sedangkan untuk anak anak dikenakan tarif Rp. 6.000,- . Seekor burung beo menyapa saya saat melangkahkan kaki menghampiri kandangnya. Koleksi burung yang tergolong langka juga ada di taman ini. Seperti, Kasuari Gelambir Ganda, Cangak Abu, Itik Mandarin dan banyak lainnya.
[caption id="attachment_309389" align="alignleft" width="300" caption="Anak Macan Tutul"]
Rudi Arifin, Manager Operasional Taman Satwa Cikembulan, mengkategorikan satwanya menjadi tiga golongan besar. Mamalia, Reptil dan Burung. Empat ekor macan tutul menjadi daya tari utama di taman ini. Macan tutul hewan liar yang terancam punah, mendapat tempat perlindungan yang aman dan nyaman di taman ini. Bahkan, ketika saya berkunjung kesana pertengahan Januari 2014 lalu, macan tutul betina melahirkan seekor anak macan tutul. Itu kelahiran alami pertama seekor macan tutul di Taman Satwa Cikembulan.
Melindungi satwa satwa liar dari kepunahan menjadi semangat yang tertanam di benak para karyawan. Mereka terlihat begitu mencintai hewan - hewan yang mereka rawat. Sinar mata antara pawang hewan dan si hewan nampak akrab. Tak ayal hewan hewan di taman ini begitu nyaman hidup di situ. Seekor macan tutul jantan bernama Bel patuh pada pawangnya saat diminta melakukan atraksi. Burung Kakak Tua berbulu putih berjambul kuning mendekatkan kepalanya kepada saya, menandakan si burung ingin dibelai. Seekor berang berang bercicit ramai saat saya menyapa di kolamnya. Bahkan sepasang singa afrika jantan dan betina mengaum ketika saya mengetuk ngetukkan kaca kandang mereka. Hiburan bersama satwa yang sangat menyenangkan.
[caption id="attachment_309390" align="alignleft" width="300" caption="Burung Kakak Tua"]
Jadi, Taman Satwa Cikembulan bisa menjadi alternatif destinasi wisata kita melepas penat dari rutinitas sehari hari. Bercengkerama bersama para satwa di tengah tengah keasrian alam.
[caption id="attachment_309384" align="alignleft" width="300" caption="Lutung Jawa"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H