Di penjuru kamar, tangis bayi bergema,
Lemah tak berdaya, mencari asa dalam rembulan.
Matanya bagai cermin, memantulkan harapan,
Mengais kasih dalam dekapan yang merawat luka.
Malam menambahkan lirihnya nyanyian pilu,
Sakit yang tersembunyi, tak terucap namun terasa.
Dalam kesunyian, doa terus berlabuh,
Memohon kesembuhan, dari Yang Maha Kuasa.
Ibu, sang pelindung, setia di sisi,
Mengusap dengan doa, menghembuskan kata-kata penghibur.
"Tenang, anakku, jangan kau larut dalam resah,
Ibumu di sini, menjagamu sampai fajar."
Ayah, pilar hati, dengan cemas berdiri,
Menggenggam janji, agar malaikat kecilnya kembali berseri.
Senyum yang manis, tawa yang merekah,
Semoga segera kembali, menghiasi setiap sudut istana kecil kita.
Dan kini, hanya waktu yang dapat berkata,
Membawa angin kesembuhan, untuk si kecil yang berharga.
Kita semua berdoa, semoga engkau lekas beranjak,
Agar tawa bahagia, kembali mengudara, merajai langit hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H