Diperjalanan, naas bus yang kami tumpangi mogok. 2 kali mogok yang terjadi dapat dikendalikan sehingga bus tetap berjalan. Ke 3 kalinya bus kami mogok dan berhenti ditengah hutan, kali ini bus yang kami tumpangi tak bersahabat. Ditengah lolongan anjing dijalanan yang gelap dan sepi jauh dari pemukiman penduduk, para laki-laki di bus kami pun turun untuk mendorong bus yang ternyata tak menghasilkan apa-apa karena bus yang kami tumpangi tetap tidak mau menyala. Koordinator bus pun dengan segera menghubungi bus lain untuk meminta bantuan. Tak lama kemudian beberapa bus lain datang untuk membantu bus kami. Tragedi mogoknya bus 3 sampai 3 kali juga dikaitkan dengan hal mistis karena beberapa orang di bus kami ternyata ada yang membawa ketan dari bontang dan tidak membuangnya dijalan. Mitosnya dikalimantan jika ingin bepergian tidak boleh membawa ketan karena akan diganggu/dimainkan oleh makhluk halus terkecuali jika kita membaginya sedikit dengan membuang bebrapa bagian dijalan. Setelah beberapa dari kami membuang ketan tersebut, bus yang kami tumpangi pun nyala dan kami pun melanjutkan perjalanan dengan berdoa. Alhamdulillah, kami pun sampai dengan selamat di Samarinda sekitar jam 23.00 WITA.
Setelah perjalanan itu, kami kelas A dan B pun menjadi makin akrab dan tidak berkubu-kubu seperti dulu, kami cenderung berbaur jadi 1. Dan mengenai tragedi bus 3 mogok 3kali, itu menjadi pelajaran sekaligus pengalaman yang menarik dibalik sejuta cerita di kota Taman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H