Tahapan hidup merupakan fase Perjalanan setiap orang yang akan dilompati. Mahasiswa semester 2 Kampus ATVI (Akademi Televisi Indonesia) mengadakan Hunting Photography pada setiap semester 2. Senang, susah, tangis, canda tawa yang kita alami saat berada di Kota Semarang. Hal itu merupakan bagian kecil dari setiap sisi kehidupan.
Disaat dalam perjalanan Bis saya kelas 2 F Jurnalistik terlihat kompak, kami bernyanyi bersama bareng Dekavis Travel yaitu petugas Travel yang mudah berbaur dengan Mahasiswa ATVI. Seharian di Bis merupakan pengalaman saya yang tidak punya kampung dan baru merasakan tidur di Bis seharian.Sesampainya di Provinsi Jawa Barat merupakan pengalaman saya melihat keindahan gunung yang Tuhan ciptakan untuk hambanya.
Masjid Agung Jawa Tengah Semarang
Sesampai di Semarang tepat pada pukul 04:30 kami tiba di Masjid Agung Jawa Tengah. Tak lengkap rasanya jika berpergian ke Semarang tidak ke Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid yang mampu menampung 15.000 jama’ah ini menjadi Masjid terbesar di Semarang yang merupakan salah satu ikon bagi Kota Semarang.
Di dalam area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat menara Asma Al-Husna setinggi 99 meter sama seperti jumlah Asma’ul Husnah. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) memiliki 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, payung raksasa ini dibuka setiap Sholat Jum’at, Idul Fitri dan Idul Adha.
Masjid ini juga mempunyai Al-Qur’an raksasa berukuran 145x95 cm persegi. Yang terletak di dalam ruang utama tempat sholat. Lokasi masjid dikelilingi oleh lapangan yang luas, sehingga jika malam hari banyak pemuda yang datang bukan bertujuan untuk beribadah melainkan untuk pacaran dipinggir taman atau lapangan. Pengurus masjid sudah sering melarangnya tetapi masih banyak pasangan yang sering malam hari kesana bukan bertujuan untuk ibadah.
Kekayaan alam yang luar biasa di Indonesia merupakan suatu kenikmatan bagi orang Indonesia. Sebagai kota terbesar sekaligus Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang adalah Kota yang ramah bagi wisatawan. Bagi saya Semarang merupakan Kota kedua setelah Jakarta, karena dari arsitektur di Kota Semarang sama seperti Kota Jakarta
Bila di Jakarta memiliki Kota Tua yang mengandung nilai Sejarah yang penting, demikian juga Semarang. Kota Lama Semarang merupakan potongan sejarah, karena disinilah Ibu Kota Jawa Tengah ini berasal. Kota Lama salah satu ikon yang sering dikunjungi oleh para wisatawan. Kawasan ini memiliki nilai historis yang tinggi eksistensinya Belanda di Indonesia.
Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Dari pintu dan jendela yang luar biasa besar, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Kota Lama Semarang bisa disebut juga sebagai kota megah, namun disisi kemegahan Kota Lama masih saja banyak sampah berkeliaran karena banyak orang-orang yang tidak menjaga keindahan disekelilingnya.
Pengorbanan Seorang Ibu Yang Menguras Air Matanya, Kota Lama Semarang
Bagi masyarakat umum, sampah adalah benda yang harus di singkirkan, seperti namun bagi keluarga Ibu nining sampah adalah sumber kehidupan. Demi untuk memenuhi kehidupannya, seorang wanita tangguh Ibu Nining (54) di Suprapto Kota Lama, Semarang Jawa Tengah, Beliau rela menjadi tulang punggung keluarga untuk menggantikan suaminya, yakni sebagai pemulung sampah.
Pak Joko suami Ibu Nining dulu bekerja di bengkel motor, kemudian berhenti di karena kan usianya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan. Ibu Nining sebagai seorang istri ingin membantu sang suami untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ibu Nining mengumpulkan barang-barang bekas seperti: kardus-kardus bekas, gelas plastik bekas dan botol-botol bekas untuk di kilo kan sehingga bisa menghasilkan sejumlah uang.
“Hasilnya cuman dikit perkilonya 3000 saja, maka dari itu saya tiap hari keliling pagi dan sore untuk cari kardus bekas, botol-botol bekas pokoknya yang bisa menghasilkan uang.” Ungkap Ibu Nining.
Diusia Pak Joko yang sering sakit-sakitan sehingga sekarang suaminya terkena stroke ringan pada bagian tangan dan tulang pipi sang istri berkorban banting tulang demimenghidupi suaminya dan 4 orang anak. Pak Joko dan Ibu Nining dikaruniai oleh 6 orang anak, yakni 3 laki-laki dan 3 perempuan. 2 anak perempuannya sudah berkeluarga dan pisah rumah, sehingga Ibu Nining dan Pak Joko hanya tinggal bersama 3 orang anak laki-laki dan 1 anak perempuan.
Rodiah adalah anak pertama dari Pak Joko dan Ibu Nining. Rodiah sangat menyayangi keluarganya dan ikut membantu orang tua untuk menambah biaya hidup adik-adiknya walaupun Rodiah sudah berkeluarga dan mempunyai 2 orang anak, sebagai anak pertama Rodiah harus bisa menjadi contoh bagi adik-adiknya agar tetap perduli terhadap keluarga. Rodiah selalu menyisipkan 30% dari gajih ia setiap bulannya, setiap hari libur Rodiah beserta keluarga kecilnya datang kerumah Pak Joko karena jarak rumah antara rumah Ibu Nining dengan rumah Rodiah sangatlah dekat hanya sekitar 1 km.
Fitri adalah anak kedua yang kehidupannya sangat bertolak belakang dengan kakaknya yaitu Rodiah. Ia juga sudah berkeluarga sama seperti Rodiah namun suami Fitri sangat tidak mengizinkan jika Fitri ke luar rumah tanpa di dampingi oleh sang suami, padahal suami Fitri sangat sibuk dan pulang ke rumah hanya 3 kali dalam seminggu, sehingga membuat Fitri jarang sekali menengoki Ibu, Bapak dan Adik-adiknya yang masih membutuhkannya.
“Fitri anak ibu yang paling ibu banggakan, Fitri cantik tapi apakah ia masih memerlukan sosok Ibu seperti saya? Sehingga ia tidak sempat meluangkan waktunya untuk keluarga disini?” ungkap sedih Ibu Nining. Sungguh malang melihat sosok Ibu yang sangat menginginkan anak-anaknya selalu ada bersamanya.
Tak ada cinta yang menandingi cinta ibu kepada anaknya, seburuk apapun kondisi ibu beliau tetap menjadi sosok ibu yang paling sempurna.
Sam Poo Kong
Sam Poo Kong didirikan sebagai penghormatan sekaligus untuk mengenang seorang laksamana bersar kerajaan Tiongkok. Di sebelah barat Kota Semarang, tempatnya di kawasan Simongan, terdapat sebuah bangunan penting yang bermakna sejarah dan budaya yang amat tinggi dan unik.
Suasana Sam Poo Kong sangat kental dengan nuansa Tionghoa. Namun demikian pengunjung tempat ini sangat beragam, baik suku mau pun kepercayaan mereka. Banyak sekali pakaian orang Tionghoa yang disewakan dengan harga Rp. 80.000 per bajunya, tetapi tidak hanya orang Tionghoa yang menyewa pakaian tersebut melainkan juga banyak orang muslim yang sewa baju Tionghoa dalam hal untuk berselfie ria.
Mengingat perkataan dosen, beliau berkata “jangan ada yang selfie-selfie dan asik sendiri, gunakan waktu yang sebaik-baiknya jangan sampai kita kehilangan moment” tetapi salah satu anak ATVI membisikkan “moment yang terbaik ya sama teman-teman salah satunya selfie” dan di Sam Poo Kong banyak sekali yang selfiesampai-sampai kita foto satu angkatan untuk dijadikan suatu kenangan kami di Sam Poo Kong.
Lawang Sewu
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelmina Plein. Masyarakat menyebut Lawang Sewu yaitu pintu seribu. Ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang banyak sekali, dalam kenyataan pintu yang ada tidak sampai seribu, mungkin juga karena jendela bangunan ini tinggi dan lebar, sehingga masyarakat menganggapnya sebagai pintu.
Lawang Sewu menjadi tempat Horor karena telah dibuat Film oleh orang Indonesia sehingga mereka menganggap Lawang Sewu angker. Padahal kenyataannya tidak seseram yang ada di Film Lebar Indonesia. Banyak acara yang ada disana seperti menyanyikan lagu Semarang, lagu-lagu keroncong dengan alat musik kuno.
Itulah pengalaman yang sangat mengesankan dan menjadikan pengalaman untuk saya yang baru pertama kali berpergian dengan Mahasiswa ATVI. Jika ada waktu renggang saya ingin pergi yang lebih jauh dari Kota Semarang bersama teman-teman ATVI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H