Mohon tunggu...
Bella Wahyu Febrianti
Bella Wahyu Febrianti Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Komunikasi

Mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sepak Bola dan Politik

7 Juli 2021   14:50 Diperbarui: 16 Januari 2023   14:53 3531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Indonesia memberikan dukungan kepada timnas U-22 yang bertanding melawan Filipina pada babak penyisihan Grup B SEA Games XXIX di Stadion Shah Alam, Selangor, Malaysia, Kamis (17/8/2017). (ANTARA FOTO / WAHYU PUTRO A)

Menyoal Sepak Bola Indonesia sebagai Politik Praktis

pencinta olahraga tersebut Sepak bola tentunya menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi masyarakat, banyak berpandangan bahwa tanpa sepak bola terkadang suasa menjadi hambar ketika keseharian rata-rata masyarakat yang selalu disibukkan dengan kegiatan bekerja, belajar, dan aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga bisa membuat banyak orang jadi bosan.

Pada esensinya sebenarnya sepak bola menghadirkan cinta, dimana semua orang sangat ingin melihat pemain idolanya, klub sepak bolanya dan ada yang ingin melihat gaya permainan sepak bolanya.

Walaupun banyak juga masyarakat yang menjadikan sepak bola sebagai sumber penghasilan, seperti yang berjualan merchandise ataupun berjualan asongan di stadion.

Situasi sepak bola Indonesia sebenarnya masih banyak aktor-aktor yang memanfaatkan nya sebagai suatu ajang politik praktis demi menaikkan reputasi individunya maupun kelompoknya, terlihat seperti ketua PSSI yang latar belakangnya adalah gubernur sumatera utara ini ketara sekali dalam kerjanya sebab tentunya dia yang biasa bergelut didunia politik kini mencampur adukkan itu di sepak bola.

Kemudian gubernur Anies Baswedan yang mengiming-imingi janji kepada fans Persija Jakarta akan membangun stadion berskala internasional, itu kemudian menaikkan pamornya pada pemilihan gubernur pada beberapa tahun belakang, padahal sampai hari ini stadion tersebut belum sama sekali dibangun kemudian ada lagi beberapa waktu 

lalu artis kaya Indonesia mendadak membeli saham klub seak bola tertentu, hobi atau tiba-tiba tiba hobi tentunya ada kaitan nya dengan kepentingan tertentu semisal paling tidak agar langkah politiknya merasa ada prestasi ketika mendompleng salah satu klub yang bisa membuat citra nama baiknya tetap terjaga di masyarakat.

Pola-pola seperti ini membenarkan adanya pemain-pemain politik di dalam sepak bola, sehingga terkadang pertandingan sepak bola seperti pertandingan antar kubu yang mempolitisasi atau kelompok tertentu, bahkan sampai didalam stadion pun ada teriakan pasangan calon presiden yang disuarakan supporter, seperti yang terjadi di tahun 2018 tepatnya di stadion Si Jalak Harupat.

Ini tentunya menjadi catatan buruk sejarah sepak bola Indonesia. diluar dari kepentingan murni klub sepak bola tersebut atau supporter yang itu harusnya menjunjung tinggi netralitas.

Kondisi sepak bola Indonesia jauh dari kata baik pada hari ini, bahkan ada ketimpangan yang begitu mencolok pada dunia sepak bola, dilihat dari dominasi- dominasi klub-klub yang ada di pulau Jawa, selalu saja tuan rumah setiap putaran akhir grup selalu jawa menjadi pilihan tuan rumah, apakah fasilitas menjadi tolak ukur bahwa jawa lebih memadai, lantas mengapa fasilitas sepak bola tidak dibangun massif di sumatera, Kalimantan, wilayah timur dan bagian Indonesia lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun