Mohon tunggu...
Bella DS
Bella DS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spidol, Keangkuhan, dan Pengasingan

30 Juni 2024   22:05 Diperbarui: 30 Juni 2024   22:07 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara malam semakin dingin. Aku mulai merapatkan jas almamater kampus mencoba untuk menghangatkan diri. Aku kelaparan. Tapi mungkin aku harus menunggu 2-3 jam lagi untuk makan malam. Gila, ini sudah jam setengah sembilan malam dan sepertinya tidak ada tanda-tanda mereka akan menghentikan keributan yang terjadi.

"Begini saja, besok kita cat bersama-sama tembok rumah Pak Baka untuk menghilangkan coretannya." Pak Beni salah satu Babinsa memberikan saran. Aku langsung menganggukkan kepalaku, tanda setuju dengan saran yang dia berikan.

"TIDAK! BUKAN ITU PERMASALAHANNYA. SAYA JUGA BISA KALAU CUMA MENGECAT TEMBOK RUMAH. INTI PERMASALAHANNYA ADALAH DIA SEBAGAI ORANG TUA SEHARUSNYA MENGAKUI KALAU ANAKNYA SALAH!" Pak Baka berteriak dan menunjuk-nunjuk Pak Darto.

Aku melihat Pak Baka membusungkan dadanya bersiap bertarung dengan Pak Darto. Jika kau lihat secara langsung mereka seperti dua ekor ayam jantan yang siap mencakar satu sama lain. Aku memundurkan badanku untuk memberikan ruang bagi mereka bertarung. Setidaknya ada sesuatu yang bisa mengalihkan rasa laparku.

Namun, aku harus menelan pil pahit. Beberapa Babinsa dan Keamanan Masyarakat memegang tangan mereka untuk menghentingkan dimulainya pertarungan sengit antara kedua orang tersebut.

Aku tersenyum. Akan tetapi jauh didalam hatiku yang paling dalam aku ingin sekali tertawa dan mengutuk Pak Baka. Dia adalah biang kerok dari semua permasalahan ini.

Permasalahan ini bermula ketika rumahnya yang tidak terlalu megah dan tergolong sempit dicoret-coret temboknya oleh beberapa anak kecil di sekitar rumahnya. Alih-alih berlapang dada dan mengecat rumahnya yang tampak kusam. Dia malah berteriak-teriak seperti orang tidak waras. Pak Baka bahkan mengancam ingin melaporkan kepada pihak kepolisian jika Sastra dan orang tuanya tidak berlutut meminta maaf kepadanya.

Untungnya Sastra mempunyai orang tua yang pintar. Alih-alih menghajar dan memarahi anaknya. Orang tua Sastra bertanya mengapa anaknya mencoret-coret rumah Pak Baka dengan spidol. For your information, spidol inilah yang membuat aku harus berurusan dengan permasalahan remeh seperti ini. Seharusnya waktu itu aku tidak meminjamkannya kepada Sastra, tetapi anak kecil tersebut terlalu lucu. Jadi aku tidak bisa menolak permintaannya.

Usut punya usut, ternyata Pak Baka selalu melakukan perundungan kepada anak-anak di desa tersebut. Salah satunya adalah Sastra. Anak kecil imut itu pernah dikatain anak tuyul oleh Pak Baka. Terakhir sebelum kejadian coret mencoret tembok, Pak Baka terbukti dari CCTV ingin mencoba menyerempet Sastra dan temannya. Itulah yang menyebabkan anak kelas 6 SD tersebut memutuskan untuk menuangkan kekesalannya di tembok rumah Pak Baka. Tulisannya sangat besar: Pak Baka Bodoh!

"Sudah, astaga jangan berkelahi biarkan ini diselesaikan dengan baik-baik. Pak Baka, saya beritahu anda. Walaupun Bapak melaporkan kejadian ini kepada kapolsek. Permasalahan ini pasti akan dikembalikan lagi ke pihak RT untuk diselesaikan secara kekeluargaan." Pak Beni menjelaskan dengan suara yang sangat tegas. Dia meletakkan kedua tangannya di samping badan dan terlihat seperti seorang ayah memarahi kedua anaknya yang sedang berkelahi.

"Saya tahu. Tapi saya ingin memberikan efek jera kepada Sastra dan orang tuanya agar tidak semena-mena!" Pak Baka menjerit lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun