Saat kita bertemu,
Lingkaran ruhmu  mengitariku
Mengusung sukmaku di bawah bayang-bayang luka
Lalu malaikat-malaikat cinta menyanyikan kidung rindu
Mengusik relung-relung yang nyaris mati
Berbagai cerita pun bergulir dalam alur yang tak terbendung
Menyemarakan kedukaan dalam tarian bidadari-bidadari kecil
Â
Di bawah tatapan sinar rembulan
Kau coba pelajari bahasa ruhku
Tuk menyingkap segala rahasia di balik hati
Ruhmu menyusup di aliran darahku
Ruhmu berputar mengikuti denyut jantungku
Berdetak dalam irama detak nafasku
Â
Tapi..
Cahaya rembulan  yang bertelau-telau di balik daun cemara
Mempertegas ketidakberdayaan ruhmu
Ruhmu,...ruhku....akhirnya bercumbu dalam nyanyian potong bebek angsa
Haha...mereka berjingkrak-jingkrak sambil melantunkan nyanyian masa kecil kita
Â
(potong bebek angsa, masak di kuali
Nona minta dansa, dansa empat kali
sorong ke kiri, sorong ke kanan
Tralala...lala...lala.. )
Cemara pun menderai
Dan.. Bibir rembulan kian pucat
Akhirnya kulepaskan tatapan ruhmu dalam rinai gerimis
Kau sesali ruhku yang tak lagi mengerti syair cinta sang pujangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H