Mohon tunggu...
Bella Putri
Bella Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pendidikan Indonesia

Hi, I'm Bella. Currently studying at the Indonesian Education University.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Apa yang Menarik dari Gibran Sebagai Cawapres? Dikaji Menurut Ilmu Semiotika Charles S. Peirce

23 November 2023   10:00 Diperbarui: 23 November 2023   10:05 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi muda identik dengan kekuatan, kebaruan, dan keterampilan teknologi. Sama halnya dengan putra sulung Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yakni Gibran, yang merupakan bagian dari generasi muda Indonesia. 

Gibran dengan penuh misi dan segala keterampilannya berani mengambil langkah maju untuk mencalonkan diri menjadi calon wakil presiden 2024, dengan pasangannya sebagai calon presiden 2024, Prabowo Subianto. 

Langkah tersebut mendapat banyak dukungan dari banyak kalangan, mengingat sebelumnya Gibran sempat menjabat sebagai Wali Kota Surakarta yang dilantik pada 26 Februari 2021. 

Kinerja Gibran sebagai Wali Kota Surakarta terbilang mumpuni. Kinerjanya Gibran tersebut secara tidak langsung menunjukkan terdapatnya bukti bagi masyarakat kota Surakarta bahkan oleh sebagian generasi muda Indonesia bahwa Gibran layak untuk mencalonkan diri menjadi calon wakil presiden Indonesia. Langkah ini tentunya diiringi dengan visi dan pemikiran Gibran yang dapat dijadikan daya tarik dalam kampanyenya.

Gibran memiliki cara tersendiri dalam memberi perhatian bagi generasi muda Indonesia, terutama pada generasi milenial dan gen Z. Gibran memberikan tanda bahwa dirinya pun membutuhkan suara dan dukungan dari generasi muda yang kuat, andal, dan punya komitmen untuk bangsa. 

Terdapat dua program yang dirancang oleh Gibran dalam dukungannya untuk generasi milenial dan gen Z, yaitu dana Abadi Pesantren dan program Kredit Start Up Milenial yang disiapkan. 

Dana Abadi Pesantren bertujuan untuk menanggung keberlangsungan pengembangan pendidikan di ruang lingkup pesantren. Program Kredit Start Up Milenial bertujuan untuk memfasilitasi layanan kredit khusus untuk milenial yang berbasis inovasi dan teknologi. 

Lebih lanjut, Gibran akan melanjutkan program hilirisasi dan ekonomi hijau. Semua rancangan tadi merupakan strategi Gibran sebagai calon wakil presiden Republik Indonesia 2024.

Visi dan misi Prabowo dan Gibran sebagai Capres dan Cawapres 2024, Prabowo dan Gibran mempunyai visi dan misi untuk perempuan dan anak. Visi dan misi tersebut membahas hal yang berkaitan dengan kesetaraan gender, dan perlindungan hak perempuan, anak, dan penyandang disabilitas. 

Visi dan misi tersebut memberikan tanda bahwa Prabowo dan Gibran peduli terhadap permasalahan perempuan dan anak yang ada di Indonesia selama ini. Terkait hak-hak perempuan, terdapat pembahasan mengenai hak pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik. 

Prabowo dan Gibran berniat menghilangkan diskriminasi gender. Terkait kebijakan untuk anak, membahas pemberian perlindungan untuk tumbuh kembang anak serta kecukupan gizi anak.

Visi dan misi tersebut dinilai tidak kalah penting untuk diwujudkan. Hal tersebut adalah gambaran dari komitmen yang mungkin akan dijanjikan oleh Prabowo dan Gibran jikalau terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2024.

Sebagian besar Gen Z mendukung Gibran untuk menjabat menjadi cawapres Republik Indonesia 2024. Terlihat dari banyaknya artikel yang berseliweran dan reaksi pengguna media sosial terkait Gibran yang mencalonkan diri menjadi cawapres Republik Indonesia 2024. 

Gibran digambarkan oleh anak muda sebagai figur yang memberi kesempatan bagi kaum muda untuk menciptakan dan memiliki ruang untuk mengekspresikan hal positif. Langkah kemajuan yang diambil oleh Gibran diharapkan dapat memberi pengaruh dan perubahan positif untuk dunia politik, pemerintahan, dan kesejahteraan seluruh masyarakat Republik Indonesia.

Situasi Gibran Sebagai Cawapres Dilihat dari Kacamata Semiotikawan Charles S. Peirce

Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda atau sign, bagaimana tanda di produksi, dan fungsi dari tanda itu sendiri. Charles S. Peirce adalah seorang filsuf semiotika yang mengembangkan filsafat pragmatisme. 

Semiotika menurut Peirce adalah studi tanda dan simbol untuk menganalisis tanda dan makna yang terkandung didalamnya. Konteks semiotik menurut Peirce pada status Gibran yang dipilih sebagai calon wakil presiden melibatkan tiga kata kunci, yaitu tanda, objek, dan interpretan.

Kenyataan bahwa Gibran lebih disukai dan disetujui untuk menjadi wakil presiden adalah tanda. Tanda ini mewakili partai politik, pemilih, dan Gibran. Tanda dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

  • Ikon: Representasi Gibran, misalnya dalam pidatonya
  • Simbol: Makna yang bersifat simbolis yang khas pada Gibran, seperti visi dan cita-cita politik yang direncanakan Gibran.
  • Indeks: Kesepakatan antara Gibran dengan partai politik.

Objek pada situasi ini adalah Gibran sebagai calon wakil presiden. Interpretan merupakan makna yang diberikan individu pada tanda. Terkait Gibran yang mencalonkan diri menjadi cawapres, hal ini melibatkan bagaimana Masyarakat memahami Gibran sebagai cawapres.

Terdapat tiga jenis interpretan:

  • Interpretan langsung: Reaksi awal mengenai Gibran yang terpilih, misalnya pro atau kontra.
  • Interpretan dinamis: Reaksi awal berkembang seiring berjalannya waktu
  • Interpretan dinamis: Pengaruh lanjutan  dari Gibran yang mencalonkan diri sebagai cawapres.

Konsep tanda semiotik menurut Peirce pada situasi pencalonan Gibran dapat memperlihatkan ciri dinamis dan perkembangan interpretasi terkait Gibran sebagai calon wakil presiden yang dapat berubah sejalan dengan pemilihan cawapres. 

Analisis situasi yang terjadi pada pencalonan Gibran sebagai cawapres melalui pendekatan semiotika Peirce menghasilkan informasi baru terkait tanda (sign), objek, dan interpretan terkait pencalonan Gibran sebagai cawapres. Temuan informasi ini menunjukkan bahwa semiotik dapat menjadi alat analisis kuat untuk meninjau hubungan komunikasi simbolis yang kompleks dari beragam perspektif kehidupan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun