Visi dan misi tersebut dinilai tidak kalah penting untuk diwujudkan. Hal tersebut adalah gambaran dari komitmen yang mungkin akan dijanjikan oleh Prabowo dan Gibran jikalau terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2024.
Sebagian besar Gen Z mendukung Gibran untuk menjabat menjadi cawapres Republik Indonesia 2024. Terlihat dari banyaknya artikel yang berseliweran dan reaksi pengguna media sosial terkait Gibran yang mencalonkan diri menjadi cawapres Republik Indonesia 2024.Â
Gibran digambarkan oleh anak muda sebagai figur yang memberi kesempatan bagi kaum muda untuk menciptakan dan memiliki ruang untuk mengekspresikan hal positif. Langkah kemajuan yang diambil oleh Gibran diharapkan dapat memberi pengaruh dan perubahan positif untuk dunia politik, pemerintahan, dan kesejahteraan seluruh masyarakat Republik Indonesia.
Situasi Gibran Sebagai Cawapres Dilihat dari Kacamata Semiotikawan Charles S. Peirce
Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda atau sign, bagaimana tanda di produksi, dan fungsi dari tanda itu sendiri. Charles S. Peirce adalah seorang filsuf semiotika yang mengembangkan filsafat pragmatisme.Â
Semiotika menurut Peirce adalah studi tanda dan simbol untuk menganalisis tanda dan makna yang terkandung didalamnya. Konteks semiotik menurut Peirce pada status Gibran yang dipilih sebagai calon wakil presiden melibatkan tiga kata kunci, yaitu tanda, objek, dan interpretan.
Kenyataan bahwa Gibran lebih disukai dan disetujui untuk menjadi wakil presiden adalah tanda. Tanda ini mewakili partai politik, pemilih, dan Gibran. Tanda dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Ikon: Representasi Gibran, misalnya dalam pidatonya
- Simbol: Makna yang bersifat simbolis yang khas pada Gibran, seperti visi dan cita-cita politik yang direncanakan Gibran.
- Indeks: Kesepakatan antara Gibran dengan partai politik.
Objek pada situasi ini adalah Gibran sebagai calon wakil presiden. Interpretan merupakan makna yang diberikan individu pada tanda. Terkait Gibran yang mencalonkan diri menjadi cawapres, hal ini melibatkan bagaimana Masyarakat memahami Gibran sebagai cawapres.
Terdapat tiga jenis interpretan:
- Interpretan langsung: Reaksi awal mengenai Gibran yang terpilih, misalnya pro atau kontra.
- Interpretan dinamis: Reaksi awal berkembang seiring berjalannya waktu
- Interpretan dinamis: Pengaruh lanjutan  dari Gibran yang mencalonkan diri sebagai cawapres.
Konsep tanda semiotik menurut Peirce pada situasi pencalonan Gibran dapat memperlihatkan ciri dinamis dan perkembangan interpretasi terkait Gibran sebagai calon wakil presiden yang dapat berubah sejalan dengan pemilihan cawapres.Â
Analisis situasi yang terjadi pada pencalonan Gibran sebagai cawapres melalui pendekatan semiotika Peirce menghasilkan informasi baru terkait tanda (sign), objek, dan interpretan terkait pencalonan Gibran sebagai cawapres. Temuan informasi ini menunjukkan bahwa semiotik dapat menjadi alat analisis kuat untuk meninjau hubungan komunikasi simbolis yang kompleks dari beragam perspektif kehidupan manusia.