Kataitunetral. Tafsir manusia membuatnya memihak. -- Ivan Lanin
Bagi seorang yang sudah terbiasa menulis seperti saya, menetapkan tanda baca dalam sebuah teks atau tulisan itu sangat penting. Walaupun, ya, kadang-kadang, saya sendiri juga masih suka asal dan salah menempatkan tanda baca dasar seperti koma (,), tanda petik dua ("), titik dua (:), maupun titik koma (;).*
Mungkin bagi sebagian orang, menempatkan tanda baca dalam tulisan, apalagi dalam sebuah pesan singkat seperti chat dalam WhatsApp atau Line tidak terlalu penting. Lagipula untuk apa menggunakan tanda baca yang baik dalam pesan singkat, toh orang lain yang membacanya pun juga akan mengerti apa maksudnya. Namun, benarkah begitu?
Nyatanya tidak juga.
Soalnya kembali mengutip kata Ivan Lanin yang menjadi kalimat pembuka dalam tulisan ini, kata itu netral. Tafsir manusia membuatnya memihak. Begitupun dengan pemilihan tanda baca yang kita gunakan dalam bentuk tulisan. Apalagi penggunaan tanda seru (!) dan tanda titik (.).
Sebagai contoh dalam sebuah kalimat ini. Mana yang lebih sekiranya lebih enak untuk ditanggapi?
Kalimat pertama:
Tolong siapkan saya minuman!
Kalimat kedua:
Tolong siapkan saya minuman.
Dua kalimat itu memang menunjukkan sebuah perintah. Kalimat pertama, lewat penggunaan tanda seru, seakan menunjukkan (sekaligus menegaskan) posisi si pengirim pesan. Tentunya ia adalah orang yang memiliki jabatan tinggi, menyuruh bawahannya tidak jadi soal. Lain halnya dengan kalimat kedua yang sekiranya dikirim oleh orang yang posisinya setara dan sejajar dengan orang yang dimintai tolong.*
Saya sebenarnya sedikit-sedikit harus memaklumi beberapa orang yang memang 'adabnya' sudah terbiasa menggunakan tanda seru ketimbang tanda titikataupun tanda tanya. Berusaha sepositif mungkin berpikir kalau mereka memang kurang paham betapa pentingnya sebuah tanda baca, atau bisa jadi mereka tergesa-gesa untuk mengetik pesan sampai lupa harus menggunakan tanda baca yang mana.
Sebab tidak semua orang pandai berbahasa terutama bahasa tulisan yang baik. Tidak perlu benar. Cukup baik saja, rasanya sulit sekali. Misalnya ketika berbicara mengenai permintaan untuk menghadiri sebuah acara tertentu. Banyak penggunaan tanda baca ataupun bahasa yang tidak sesuai dengan ejaannya yang membuat saya gemas sendiri. Apakah segitu parahnya kemampuan berbahasa kita? Jawabannya hanya bisa kita tanyakan pada diri kita sendiri serta lihat tulisan yang ada di sekeliling kita. Entah yang kita tulis sendiri, yang dikirimkan orang lain, atau yang dibaca dari media atau portal online tertentu.*
Lewat tulisan ini saya berusaha mengeluarkan uneg-uneg saya yang selama ini tersimpan sendiri. Iya, persoalan tanda baca sampai bisa membuat saya jengah sendiri. Mohon maaf kalau tulisan ini terkesan begitu emosional dan tidak tahu juntrungannya hendak ke mana. Apalagi kalau masih ada juga tanda baca yang tidak pas dalam tulisan ini.
Semoga kita sama-sama bisa belajar memperbaiki diri lewat tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H