konflik berkepanjangan di Suriah yang mana melibatkan berbagai kepentingan internal maupun eksternal serta mengundang keterlibatan pihak asing. Salah satu pihak yang terlibat yakni Amerika Serikat. Konflik dimulai sejak adanya peristiwa yang dikenal dengan istilah Arab Spring, yang mana konflik ini melanda beberapa negara di Timur Tengah. Di Suriah, konflik ini bermula sejak adanya protes oleh beberapa pelajar mengenai kebijakan pemerintah dalam menanggapi krisis ekonomi yang terjadi pada masa itu. Reaksi pemerintah terhadap aksi protes ini justru menimbulkan demonstrasi besar-besaran oleh masyarakat oposisi yang berujung pada pergolakan konflik yang semakin kompleks dan berkepanjangan.
Sejak terjadinyaAwal mula protes tersebut dilakukan pada tahun 2011, dimana hal-hal yang melatarbelakanginya adalah kondisi ekonomi, politik dan sosial di Suriah yang tidak stabil. Kesengsaraan yang dialami masyarakat Suriah dimulai ketika adanya bencana berkepanjangan yang mengakibatkan kekeringan dan banyak hewan ternak mati. Selain itu pemerintah melakukan perombakan tenaga kerja dan menempatkan orang-orangnya di berbagai sektor, sehingga para pekerja dipecat dan kehilangan pekerjaan, sebagian dari mereka berasal dari kalangan pemuda.Â
Pada masa itu Suriah dipimpin oleh presiden Bashar Al-Assad menggantikan ayahnya Hafeez Al-Assad yang meninggal sejak tahun 2000. Assad dikenal sebagai sosok pemimpin yang keras dan membatasi kebebasan berpendapat. Bashar Al-Assad merupakan salah satu aktor yang berperan dalam konflik ini. Kondisi perekonomian Suriah mengalami penurunan dikarenakan pada saat kepemimpinan Assad banyak terjadi korupsi dan nepotisme oleh kerabat terdekatnya yang memanfaatkan keadaan demi kepentingan pribadi.
Pergolakan yang pernah terjadi di Tunisia menjadi motivasi bagi masyarakat oposisi untuk melakukan protes terhadap pemerintah. Aksi protes yang dilakukan adalah seperti mencoret-coret tembok kota dengan menuliskan keinginan turunnya Rezim Assad. Masyarakat menuntut adanya revolusi pemerintahan dan menginginkan negara demokrasi. Akan tetapi, pemerintah justru melakukan penangkapan dan tercatat sekitar 20 orang menjadi korban kekerasan yang dilakukan pihak keamanan Suriah. Konflik yang awalnya terjadi antara pemerintah Suriah dan masyarakat oposisi berujung menjadi konflik besar-besaran dan berdampak besar pada pelanggaran HAM terhadap warga sipil Suriah. Sebuah film dokumenter dengan judul For Sama yang direkam oleh seorang jurnalis bernama Wa'ad Al-Khatib, menampilkan kejadian nyata mengenai kekacauan di Suriah khususnya di Aleppo. Wa'ad merupakan seorang jurnalis yang tinggal di Aleppo, karena pada masa penyerangan itu dimulai, ia sedang menempuh pendidikan di Aleppo University.
Aleppo menjadi salah satu kota di Suriah yang menjadi target serangan, karena pada saat kekacauan tersebut muncullah kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) di bagian Utara Aleppo. Â Kemunculan ISIS inilah yang menjadi peluang bagi pemerintah Suriah untuk melakukan penyerangan terhadap Aleppo supaya tidak dicap sebagai pemerintah yang semena-mena terhadap warganya sendiri. Selain itu, kemunculan ISIS juga memberi peluang keterlibatan pihak asing yang memanfaatkan kekacauan guna kepentingan pribadi. Kontribusi pihak asing menjadi salah satu pemicu konflik menjadi semakin rumit. Salah satunya Amerika Serikat, meskipun AS tidak secara langsung terlibat memulai konflik tersebut, akan tetapi keterlibatan mereka dalam konflik ini memiliki berbagai dampak dan konsekuensi.
Amerika Serikat memanfaatkan ancaman terhadap kelompok teroris seperti ISIS sebagai alasan untuk campur tangan di Suriah, dengan keterlibatannya melawan ISIS inilah mereka bisa menjustifikasi kehadirannya dan mencari dukungan internasional. Selain itu, Suriah merupakan negara dengan letak strategis di Timur Tengah sehingga AS berusaha untuk memastikan sekutu yang mendukungnya tetap kuat berada di kawasan tersebut, dengan begitu AS dapat mengamankan kepentingannya dan memengari dinamika regionalnya. Suriah juga merupakan negara penghasil minyak dan gas alam yang kaya dan signifikan di kawasan Timur Tengah, sehingga AS memanfaatkan situasi ini untuk memastikan keamanan akses terhadap sumber daya energi di kawasan tersebut.Â
AS menjadi salah satu pihak pendukung oposisi dalam konflik Suriah ini baik secara politis maupun militer sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintahan Assad. Keterlibatan AS pertama kali di Suriah adalah pada tahun 2014. Meskipun keberadaan AS di Suriah di tujukan untuk menghentikan ISIS, tetapi keberadaan AS juga bertujuan untuk melemahkan pemerintahan Suriah seperti yang terjadi pada tahun 2017 dan 2018 mengenai penggunaan senjata kimia. AS memanfaatkan pasukan oposisi terhadap pemerintatahan Suriah sebagai upaya menjatuhkan Rezim Bashar Al-Assad. AS menjadikan ini sebagai salah satu peluang strategis untuk membentuk pemerintahan yang lebih pro Barat dan ramah terhadap kepentingan AS di wilayah tersebut.
Intervensi AS dikenal sebagai langkah untuk mempromosikan demokrasi dan melawan terorisme, akan tetapi ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa AS memanfaatkan krisis Suriah demi kepentingan geopolitik dan ekonominya, karena AS tidak terlalu fokus pada kesejahteraan rakyat Suriah. Keberadaan AS di Suriah terus menerus dicurigai hingga saat ini, karena meskipun AS meskipun AS memiliki alasan-alasan tertentu untuk terlibat dalam konflik tersebut tapi penting untuk dipertanyakan juka apakah tindakan tersebut benar-benar bertujuan membawa perdamaian dan keadilan atau malah ada  kepentingan tersembunyi yang lebih besar di baliknya.Â
Baru-baru ini, ada sebuah akun twitter mengunggah postingan yang berisi cuitan bahwa "Pasukan baru Amerika Serikat bersiap berangkat ke Irak dan Suriah dengan dalih memerangi ISIS", akan tetapi akun tersebut juga menjelaskan baik Suriah maupun Irak secara resmi menyebut bahwa pangkalan-pangkalan ini illegal, karena AS secara illegal mengekstraksi berton-ton minyak dari Suriah setiap tahunnya. Mengenai ISIS ini ada beberapa orang yang berpendapat bahwa ISIS merupakan buatan Amerika sendiri, sehingga AS menggunakan ISIS ini sebagai dalih yang mereka ciptakan untuk menginvasi sebuah negara lalu membangun pangkalan militer dan kilang minyak di atasnya. Secara tidak langsung AS dianggap negara pencuri dengan mengatasnamakan "pemberantasan ISIS".
Konflik di Timur Tengah terjadi sangat kompleks dan bersifat berkepanjangan, seperti konfik yang pernah terjadi di Suriah ini. Hingga saat ini pergolakan masalah yang terus menerus muncul tidak sepenuhnya akibat dari negara itu sendiri, akan tetapi juga banyak campur tangan negara asing. Hingga saat ini Amerika Serikat terus menempatkan orang-orangnya di negara Suriah meskipun beberapa kali menghadapi serangan dari negara-negara lain. Koordinator Gedung Putih bagi Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk berpendapat bahwa tujuan AS berada di Suriah adalah "untuk mengurangi kekerasan, mempertahankan tekanan pasukan ISIS, mengatasi krisis kemanusiaan dan untuk membantu pihak Israel".
Pertimbangan geopolitik dan ekonomi tetap menjadi alasan utama AS hingga saat ini terus menempatkan pasukannnya di Suriah. AS juga menjadi negara yang pro terhadap Israel. Ini adalah salah satu alasan mengapa AS disebut sebagai pencipta ISIS, karena pasukan ISIS tidak mau melakukan penyerangan terhadap tentara Israel yang hingga saat ini terus menerus menyerang muslim di Gaza, Palestina. Sungguh berbagai krisis kemanusiaan di Timur Tengah tidak terlepas dari keterlibatan Amerika Serikat yang memanfaatkan situasi demi kepentingan pribadinya.