Mohon tunggu...
Bella Cintya Junaidi
Bella Cintya Junaidi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

Tertarik mengenai isu terkini khususnya teknologi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Dari Sigma hingga Skibidi : Bagaimana Media Sosial Menginspirasi Bahasa Slang di Kalangan Generasi Baru

24 Desember 2024   18:42 Diperbarui: 24 Desember 2024   18:41 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Jika bahasa adalah cerminan dari budaya, lantas apa yang bisa kita simpulkan tentang perkembangan bahasa slang yang begitu pesat di kalangan generasi baru?. Seringkali kita mendengar berbagai istilah asing yang dilontarkan oleh generasi masa kini terkhususnya gen alpha yang merupakan generasi baru. Tidak sedikit pula dari kita yang penasaran apa arti dari istilah-istilah asing tersebut. Mulai dari sigma, mewing, skibidi, dan yang lainnya, berbagai istilah itu disebut dengan bahasa slang atau bahasa gaul. Menurut KBBI, bahasa slang adalah ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, yakni popular dalam periode tertentu saja dan bisa berubah atau hilang seiring waktu.

     Bahasa slang digunakan oleh remaja atau kelompok sosial tertentu sebagai sarana komunikasi internal, dengan tujuan agar orang di luar kelompok tersebut tidak dapat memahaminya. Tentunya, bahasa slang bisa berubah, bertambah, dan berkembang di setiap generasi. Saya Bella, seorang mahasiswi program studi Teknik Lingkungan Universitas Airlangga, terlahir pada tahun 2006. Meskipun saya termasuk generasi Z yang dimana tidak berbeda jauh dengan generasi alpha, terkadang saya kurang memahami topik dan istilah-istilah yang dilontarkan oleh generasi alpha sekarang. Namun, tak sulit bagi saya untuk mencari tahu apa arti dari istilah-istilah asing tersebut yang kini menjadi bahasa slang.

     Media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menginspirasi dan mempercepat perkembangan bahasa slang di kalangan generasi baru. Platform seperti TikTok, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter) menciptakan ruang yang memungkinkan terciptanya tren bahasa baru yang cepat menyebar. Berbagai platform tersebut sangat mudah diakses oleh semua orang apalagi generasi baru yang dikenal sebagai pembelajar yang cepat. Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana media sosial berperan sebagai mesin penggerak yang menyebarkan, memperkenalkan, dan mengubah bahasa slang di kalangan generasi baru.

     Skibidi adalah salah satu contoh fenomena viral yang muncul di media sosial dan menjadi bagian dari bahasa slang yang digunakan oleh generasi baru. Kata ini pertama kali dikenal luas melalui lagu dan video musik "Skibidi" dari grup musik asal Rusia, Little Big, yang dirilis pada tahun 2018. Namun, seiring berjalannya waktu, kata ini mulai digunakan lebih luas sebagai bagian dari bahasa slang, terutama di platform media sosial seperti TikTok. "Skibidi" sekarang digunakan dalam berbagai konteks untuk mengekspresikan kegembiraan atau sekadar untuk menyebut sesuatu yang absurd atau lucu. Misalnya jika seseorang melakukan hal yang konyol atau lucu, maka orang tersebut dikatakan skibidi. Digunakannya istilah skibidi dalam percakapan sehari hari, menunjukan betapa besarnya pengaruh media sosial dalam bahasa dan cara orang berkomunikasi.

     Salah satu konten yang tersedia di platform  media sosial adalah Meme. Meme merupakan konten berupa gambar, video, atau teks yang mengandung humor atau sindiran, telah menjadi salah satu sumber utama bahasa slang masa kini. Sebuah meme sering kali berisi kata-kata atau ekspresi yang lucu, ironis, atau menyentuh hati. Ketika meme tersebut viral, bahasa yang digunakan di dalamnya pun ikut tersebar, yang kemudian bisa menjadi bagian dari kosakata slang yang digunakan sehari-hari. Meme menciptakan ruang bagi kreativitas dalam berbahasa, di mana kalimat yang awalnya sederhana bisa berubah menjadi ungkapan yang banyak digunakan di berbagai platform.

     Dalam mengunggah suatu konten, tidak sedikit orang menyertakan hashtag. Hashtag atau tagar (#) adalah fitur yang mempercepat perkenalan bahasa slang di media sosial. Dengan adanya hashtag, sebuah kata atau frasa yang digunakan dalam postingan bisa dengan mudah ditemukan dan diadopsi oleh banyak orang. Pengguna media sosial cenderung ikut serta dalam tren atau tantangan yang terkait dengan hashtag tertentu, yang sering kali menyertakan slang.

     Penggunaan hashtag yang memperkenalkan bahasa slang adalah “FOMO”, singkatan dari "Fear of Missing Out." Hashtag ini digunakan untuk menggambarkan perasaan cemas atau takut kehilangan pengalaman atau kesempatan yang sedang dialami orang lain, terutama di media sosial. Istilah tersebut juga dapat diartikan sebagai kekhawatiran seseorang melewatkan sesuatu yang dilakukan oleh orang lain atau bermakna ingin mengikuti apa yang dilakukan orang tersebut. Kata "FOMO" menjadi sangat populer setelah sering digunakan dalam berbagai postingan yang menampilkan acara sosial atau pengalaman seru yang tidak dapat dihadiri oleh seseorang. Hashtag ini cepat menyebar dan diadopsi oleh banyak orang, sehingga menjadi bagian dari bahasa slang yang banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari.

     Selain itu, Tidak bisa dipungkiri bahwa influencer dan selebriti memiliki peran besar dalam menginspirasi perkembangan bahasa slang di kalangan generasi muda. Ketika seorang influencer atau selebriti menggunakan kata atau frasa tertentu dalam postingan mereka, pengikut mereka cenderung meniru dan menyebarkannya. Hal ini sering kali menyebabkan kata atau ungkapan tersebut menjadi lebih popular.

     Media sosial telah menjadi katalisator yang mempercepat perkembangan bahasa slang di kalangan generasi baru. Melalui kecepatan penyebaran informasi, meme yang humoris, penggunaan hashtag, serta pengaruh influencer dan selebriti. Kreativitas, interaksi antar pengguna, dan kemudahan dalam berkomunikasi menciptakan peluang bagi bahasa slang untuk terus berinovasi. Inilah mengapa bahasa slang tidak sekadar bagian dari berkomunikasi, tetapi budaya digital yang hidup dan terus berkembang. Keputusan ada di tangan masing-masing pengguna media sosial untuk bijak dalam berbahasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun