(06/01) Dalam rangka Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang akan mendampingi masyarakat Tirtoyudo dalam membuat jamu tradisional.Â
Pendampingan yang akan dilakukan sebulan  tersebut bertujuan untuk meningkatkam kesehatan warga di desa setempat.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) merupakan salah satu program dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).Â
Kegiatan utama yang dilakukan dalam Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) kelompok 56 Universitas Muhammadiyah Malang di desa Tirtoyudo yaitu, Â melakukan sosialisasi sebuah minuman tradisional kepada masyarakat disana.Â
Minuman tradisional tersebut adalah Wedang Uwuh yang berasal dari kota Yogyakarta. Wedang Uwuh ini merupakan minuman tradisonal yang kaya akan manfaat, selain itu juga bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan wedang ini cukup mudah didapatkan.
Bahan-bahan Wedang Uwuh bisa sangat beragam, karena Wedang Uwuh ini memiliki nama lain yaitu minuman sampah. Mengapa disebut minuman sampah? karena dalam bahasa Jawa arti dari kata 'uwuh' yaitu sampah.Â
Namun, sampah yang dimaksud disini bukanlah sampah yang biasa kita temui di tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah yang dimaksud adalah rempah-rempah.Â
Bahan-bahan yang ada dalam campuran Wedang Uwuh yang berupa rempah-rempah, diantaranya yaitu, kayu manis, serutan kayu secang, jahe emprit, daun pala, cengkeh, daun cengkeh, kapulaga, dan gula batu.Â
Bahan dalam Wedang Uwuh ini tidak terpaku pada bahan yang telah disebutkan itu saja, karena namanya minuman sampah, jadi bisa dicampur rempah lainnya.Â
Contohnya bisa ditambahkan akar/batang sereh, daun kayu manis, daun salam, daun jeruk purut, kembang lawang, dan rempah lainnya yang biasa digunakan memasak atau dalam minuman jamu lainnya.
Mengapa memilih Wedang Uwuh yang di sosialisasikan kepada masyarakat di desa Tirtoyudo ini? Karena banyak masyarakat yang juga memiliki pohon cengkeh di kebun maupun halaman rumah mereka. Pohon cengkeh disana kurang dimanfaatkan dengan baik, sehingga terkadang sering ditebang begitu saja.Â
Jadi, mahasiswa disini ingin menunjukkan bahwa pohon cengkeh tersebut dapat dikonsumsi dengan tambahan rempah lainnya.Â
Masyarakat yang memiliki usia renta sering mengonsumsi cengkeh ini sebagai obat batuk tradisional, yaitu dengan cara menyeduh cengkeh dengan madu. Karena dinilai hanya sebagai obat, sehingga mereka mengonsumsinya hanya saat mereka sakit, tidak dikonsmsi secara rutin.Â
Maka dari itu, mahasiswa disini mengenalkan wedang uwuh yang dapat dikonsumsi sewaktu-waktu dikala senggang. Wedang Uwuh ini memiliki warna yang cantik yaitu berwarna merah muda yang dihasilkan dari serutan kayu secang, sehingga juga menarik perhatian anak-anak muda dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh beragam kalangan masyarakat, mulai dari anak remaja, pemuda-pemudi, ibu-ibu rumah tangga, ibu-ibu PKK, bapak-bapak, perangkat desa dan tidak ketinggalan yaitu masyarakat lansia.Â
Dalam kegiatan sosialisasi ini nampak para hadirin sangat antusias dalam menyimak dan mencoba langsung membuat Wedang Uwuh ini, karena masyarakat disana belum pernah mengenal Wedang Uwuh ini sebelumnya.Â
Jadi, masyarakat merasa ini merupakan sebuah hal yang baru, selain itu juga karena kandungan dalam wedang uwuh yang kaya ini menarik banyak perhatian, terutama hadirin yang memiliki usia lanjut (lansia).Â
Manfaat Wedang Uwuh ini diantaranya, yaitu menurunkan kolesterol, melancarkan sirkulasi darah, menyembuhkan pegal-pegal, meredakan batuk dan sakit tenggorokan, meningkatkan kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, anti alergi dan lain-lain.
Dalam kegiatan sosialisasi ini para mahasiswa mensosialisasikan Wedang Uwuh dengan inovasi baru, yaitu dengan menggunakan kantung teh (tea cup). Umumnya wedang uwuh disajikan dengan cara mencampurkan secara langsung seluruh bahan dalam gelas tanpa disaring.Â
Hal tersebut terkadang mengganggu konsumen dalam menikmatinya. Maka dari itu, para mahasiswa berinovasi menggunakan kantung teh, agar dalam mengonsumsi wedang uwuh ini rempah-rempahnya tidak ikut masuk kedalam mulut. Lalu bagaimana caranya?Â
Caranya sangat mudah, yaitu dengan cara memotong kasar semua rempah, kemudian memasukkan potongan rempah tersebut kedalam kantung teh dengan takaran yang dapat disesuaikan hingga penuh, dan terakhir di ikat rapat. Dengan inovasi baru ini, diharapkan juga masyarakat dapat membuka usaha baru (UMKM) dengan menjualnya ke warung-warung maupun dalam marketplace secara daring.
#Penulis: Frina Mandalika Hanafi Putri. Asal Kota Batu, mahasiswi jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H