Mohon tunggu...
Belitut Ngurah
Belitut Ngurah Mohon Tunggu... -

pernah bekerja di Harian Nusa Tenggara,Bali.Kini selain sebagai PNS juga sebagai editor Saras Media School

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bali Akan Bangkrut?

2 April 2014   00:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam sebuah dialog interaktif pada sebuah stasiun lokal di Bali ,saya tertarik dengan pendapat seorang Profesor yang   cukup berani  dan mengejutkan.Menurutnya, dalam beberapa tahun lagi Bali akan bangkrut akibat banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk upacara keagamaan ( Agama Hindu).kalau diakui secara jujur pendapat vokal Sang Profesor yang asli Bali dan juga beragama Hindu itu  memang bukan tanpa alasan.Bayangkan untuk prosesi upacara keagamaan diperlukan biaya puluhan bahkan ratusan juta.rupiah.Biaya sebesar itu biasanya dibagi rata dikalangan angota pura (pengempon ) tanpa pertimbangan  kaya miskin atau mampu atau tidak mampu.

Satu contoh untuk sebuah prosesi upacara keagamaan "piodalan Ngenteg Linggih " yaitu upacara dengan tingkatan  istimewa diperlukan dana antara 500 juta   sampai 1 millyar  rupiah. Kalau jumlah pengempon pura 300 orang bisa dihitung berapa biaya yang harus dikeluarkan  oleh masing masing anggota.Belum lagi tenaga yang nyaris terkuras untukmenyiapkan  segala sesuatu yang diperlukan yang biasanya  sudah dikerjakan sebulan sebelum hari H

Sebetulnya dalam kitab suci Wedha tidak ada paksaan untuk menggelar prosesi upacara keagamaan yang menghabiskan biaya besar.Bahkan dalam Bhagawadgita ( Wedha kelima dari kitab suci Wedha ) ada disebutkan sbb : "Apapun yang kau bersembahkan asal disertai  ketulusan hati,persembahanmu Aku (Tuhan)terima." Berdasarkan cloka suci ini maka sudah saatnya Humat Hindu lebih  meningkatkan pemahaman agama melalui peningkatan sumber daya manusia ( SDM) Hindu dibandingkan  menghabiskan dana besar hanya untuk sebuah prosesi keagamaan  apalagi  menyusahkan anggota humat se-dharma.Memang secara formal jarang terdengar warga pengempon pura menyatakan keluhannya,namun secara fakta tidak jarang warga yang tergolong kurang mampu  terpaksa pinjam sana-sini untuk memenuhi kewajiban membayar biaya upacara.Ini  berarti  apa yang mereka persembahkan yang seyogyanya dilandasi oleh pikiran yang tulus dan iklas berbalik menjadi keterpaksaaan.Kita berharap mudah-mudahan sinyalemen yang disampaikan seorang profesor diawal tulisan ini tidak menjadi kenyataan.Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun