Mohon tunggu...
belind hapsari
belind hapsari Mohon Tunggu... -

belindch adalah belinda c hapsari..lebih senang dipanggil belind..beraktivitas sebagai mahasiswa..status masih hidup dari orangtua..suka menyanyi, mengkhayal, membaca, dan menuliskan apa saja..ingin menjumpa mimpi di AGUSTUS 2011

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Papan Tulis Hitam dan Kapur Warna-warni

19 November 2010   16:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

saat membayar segelas teh hijau hangat di kafe tadi, mataku tertumbuk pada sebuah papan tulis hitam yang penuh dengan tulisan kapur warna-warni. sejenak memoriku menjadi sangat akrab dengan potret tersebut. lalu aku merasa terlempar, kembali kepada masa sekitar 17 tahun yang lalu. ketika aku masih berumur 5 tahun. aku punya papan tulis yang sama. dengan kapur warna-warni yang sama.

aku senang sekali waktu mama membelikannya. saat itu aku sedang getol-getolnya belajar menulis. tapi dasar bocah! bukannya untuk belajar menulis tapi aku gunakan kapur-kapur itu untuk menggambar.

aku suka sekali menggambar gunung. entah mengapa. dan tampaknya demam menggambar gunung ini sudah menjadi demam lumrah untuk anak-anak.

aku suka sekali menggambar dua buah kerucut terbalik. aku menggambarnya dengan kapur berwarna biru. kemudian diantara dua kerucut itu aku memberi setengah lingkaran dengan garis-garis di permukaannya. warnanya kuning tentu saja. karena itu adalah matahari.

di dasar kedua kerucut, aku menggambar dua garis berkelok dengan kapur merah. aku rasa dua garis itu cukup menggambarkan sebuah jalan. kemudian saya membagi lahan kosong di kiri dan kanan dengan garis-garis melintang dan membujur, menggambar begitu banyak huruf 'V' dengan kapur warna hijau. itu sawah, maksudku.

ketika papan tulis itu sudah penuh, aku akan mengambil penghapus dan mulai menggambar lagi. dimulai dengan dua kerucut yang sama.

aku dulu suka sekali dengan kapur warna-warni itu. aku suka sekali melihatnya meninggalkan jejak di papan tulis hitamku. tidak seperti kapur putih yang terlihat membosankan. papan tulis hitamku serasa lebih hidup dengan kapur warna-warni.

sayangnya anak-anak lain juga berpikiran sama. mereka suka papan tulis hitam dan kapur warna-warni. tapi ogah membeli sendiri. papan tulis hitam kapur warna-warniku, dipaksa untuk berbagi.


*lamunan selesai, kembali ke masa kini. papan tulis hitam yang penuh dengan tulisan kapur warna-warni*

yogyakarta, 19.11.10

-belindch-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun