Mohon tunggu...
Belinda Ardelia Rahma Desyta
Belinda Ardelia Rahma Desyta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Mahasiwa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Angkatan 2024

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Kesejahteraan Hewan: Peran Komunikasi Efektif dalam Menghindari Malpraktik Dokter Hewan

9 Desember 2024   04:38 Diperbarui: 9 Desember 2024   04:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Profesi dokter hewan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari menangani hewan dengan karakteristik beragam hingga mengambil keputusan sulit seperti euthanasia pada hewan yang menderita penyakit terminal. Dalam situasi kompleks ini, komunikasi efektif dan etika profesional memegang peran penting dalam menjamin kesejahteraan hewan serta menjaga kepercayaan pemilik hewan.

Malpraktik dokter hewan adalah salah satu isu serius yang berdampak langsung pada kesejahteraan hewan dan kepercayaan masyarakat. Dalam beberapa kasus terbaru, seperti laporan dari Animal Defenders Indonesia, sejumlah dokter hewan di Tangerang diduga melakukan malpraktik yang mencakup pelanggaran kode etik, seperti mengambil foto selfie selama operasi dan membuat konten tanpa izin pemilik hewan. Dalam rentang waktu tujuh hingga delapan bulan, sembilan pemilik hewan melaporkan dugaan malpraktik yang melibatkan dua belas ekor hewan, dengan tiga di antaranya meninggal dunia akibat tindakan yang tidak sesuai standar (Saputra, 2023).

Kasus-kasus semacam ini menyoroti pentingnya komunikasi efektif antara dokter hewan dan pemilik hewan. Dokter hewan yang mampu menjelaskan diagnosa, prosedur medis, dan pilihan pengobatan dengan empati serta kejelasan dapat mengurangi risiko kesalahpahaman yang sering menjadi akar masalah dalam dugaan malpraktik. Menurut Maharani (2019), komunikasi terapeutik yang baik tidak hanya membantu membangun kepercayaan, tetapi juga memastikan bahwa pemilik hewan memahami kondisi hewan mereka dengan tepat, sehingga keputusan yang diambil bersifat informatif dan saling menghormati.

Komunikasi yang baik melibatkan lebih dari sekadar memberikan informasi. Dokter hewan harus mampu mendengarkan kekhawatiran dan pertanyaan pemilik hewan dengan penuh perhatian. Sebagaimana dikemukakan oleh Fadly Aulia et al. (2021), mendengarkan dengan empati menunjukkan rasa peduli dan membantu menciptakan hubungan terapeutik yang kuat. Hubungan ini penting karena sering kali pemilik hewan merasa cemas atau bingung ketika hewan peliharaan mereka sakit. Dokter hewan yang mampu menyederhanakan informasi medis tanpa mengurangi esensinya dapat membantu pemilik hewan merasa lebih tenang dan percaya diri dalam mengambil keputusan.

Sebaliknya, kurangnya komunikasi yang baik dapat memicu kesalahpahaman dan klaim malpraktik. Ketidakpahaman pemilik hewan terhadap tindakan medis yang dilakukan sering kali menjadi sumber utama konflik. Dalam konteks ini, komunikasi yang jelas dan terbuka tidak hanya berfungsi untuk menjelaskan prosedur, tetapi juga untuk mencegah potensi kesalahpahaman yang dapat berdampak negatif bagi dokter hewan maupun pasien hewan.

Di sisi lain, malpraktik sering kali terjadi akibat kurangnya pemahaman dokter hewan terhadap tanggung jawab mereka terhadap pasien hewan dan pemiliknya. Fatmawati (2020) mencatat bahwa kurangnya regulasi yang jelas mengenai malpraktik dokter hewan di Indonesia menjadi tantangan besar dalam penegakan hukum. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendesak tentang perlunya reformasi hukum untuk melindungi hak-hak pasien hewan dan memberikan keadilan bagi pemiliknya.

Namun, penegakan hukum saja tidak cukup. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk dokter hewan juga sangat penting. Selain pengetahuan medis, dokter hewan perlu dilatih dalam keterampilan komunikasi dan pemahaman tentang etika profesi. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu menangani kasus medis secara kompeten, tetapi juga dapat membangun hubungan yang sehat dengan pemilik hewan. Pendidikan yang berfokus pada komunikasi terapeutik dapat membantu dokter hewan lebih memahami pentingnya empati dan kejelasan dalam menjalankan tugas mereka.

Selain itu, sistem pelaporan yang transparan dan responsif dapat menjadi langkah preventif dalam mencegah malpraktik. Pemilik hewan harus diberikan ruang untuk menyampaikan kekhawatiran atau melaporkan dugaan pelanggaran tanpa rasa takut. Sistem ini harus dirancang sedemikian rupa agar mudah diakses dan memberikan perlindungan kepada pelapor. Melalui sistem pelaporan yang baik, dugaan praktik buruk dapat diidentifikasi lebih awal, memungkinkan tindakan korektif dilakukan sebelum masalah berkembang lebih jauh.

Kolaborasi antara berbagai pihak terkait juga sangat penting dalam menangani isu ini. Pemerintah, asosiasi profesi, dan organisasi perlindungan hewan harus bekerja sama untuk menciptakan standar yang lebih baik dalam praktik kedokteran hewan. Diskusi terbuka tentang etika dan malpraktik dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan hewan dan mendorong tindakan preventif sebelum masalah muncul.

Namun, tanggung jawab ini tidak hanya berada di pundak dokter hewan atau pemerintah. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengawasi praktik kedokteran hewan. Pemilik hewan harus lebih aktif dalam mencari informasi tentang dokter hewan yang mereka percayai, serta melaporkan setiap tindakan yang mencurigakan atau merugikan kepada pihak berwenang. Dengan demikian, masyarakat dapat membantu menjaga akuntabilitas dalam profesi kedokteran hewan dan memastikan bahwa praktik yang merugikan tidak dibiarkan begitu saja.

Pelanggaran kode etik, seperti yang dilaporkan dalam kasus di Tangerang, menciptakan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat terhadap kemampuan dokter hewan. Ketika kepercayaan ini terguncang, dampaknya bisa sangat merugikan semua pihak, termasuk hewan itu sendiri. Oleh karena itu, penegakan kode etik harus menjadi prioritas untuk menjaga standar tinggi dalam praktik kedokteran hewan.

Pada akhirnya, komunikasi efektif dan empati tidak hanya membantu dokter hewan menghindari malpraktik, tetapi juga berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan hewan. Dengan membangun hubungan terapeutik yang baik, dokter hewan dapat memastikan bahwa pasien hewan menerima perawatan terbaik, sekaligus menjaga kepercayaan dan kepuasan pemilik hewan. Pendekatan ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi hewan, tetapi juga memperkuat hubungan antara manusia dan hewan sebagai bagian dari ekosistem yang saling bergantung.

Melalui kombinasi reformasi hukum, pendidikan berkelanjutan, sistem pelaporan yang transparan, dan komunikasi yang efektif, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk kesejahteraan hewan di Indonesia. Dengan bekerja sama, semua pihak dapat berkontribusi untuk memastikan bahwa hewan mendapatkan perlakuan yang layak dan manusia mendapatkan kepercayaan terhadap profesi dokter hewan yang berkompeten dan beretika.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun