Ide Allah merupakan asal-usul segala apa yang ada, termasuk ada-ku. Dalam berpikir kita menghendaki kesempurnaan. Ide kesempurnaan ini tentu saja tidak berasal dari diriku, sebab aku adalah mahluk yang tidak sempurna dan terbatas. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang menjadi sebab bagi adanya ide kesempurnaan dan sebab tersebut adalah Allah.Â
Secara tidak langsung dalam tulisannya Descartes juga mau mengatakan bahwa manusia juga merupakan mahluk yang mencari kebenaran atau kesempurnaan. Kesempurnnaan yang dimaksudkan adalah Allah. Hakikat manusia  bukan hanya ditandai dengan adanya akal budi, jiwa dan badan saja, tetapi lebih kepada bagaimana manusia itu mampu mengelolah akal budinya dengan baik dalam mencari kesempurnaan hidup. Dengan adanya daya berpikir yang luas manusia dalam hidupnya berusaha mencari kesempurnaan sejati. Dalam mencari kebenaran dan kesempurnaan ini manusia seharusnya mampu menggunakan ratio-nya secara baik sebagai tolok ukur. Ratio yang baik itu juga harus dilandaskan pada Allah sebagai kesempurnaan itu sendiri.
Tanpa akal budi manusia tidak bisa menentukan mana yang disebut dengan kebenaran dan siapa pribadi di balik kesempurnaan manusia. Akal budi membantunya untuk menentukan apa yang menjadi pencariannya. Tentu saja setiap hasil pencarian itu tidak diterima begitu saja oleh nalar manusia melainkan terlebih dahulu perlu dipertimbangkan atau diuji kebenarannya dalam realita yakni dengan akal budi. Gagasan Descartes mampu menjawab apa yang menjadi keraguan dalam diri manusia, bahwa  melalui akal budi manusia berpikir, mencari dan menemukan apa yang disebut dengan kesempurnaan atau kebenaran sejati.Â
- Kesimpulan
Cogito Ergo Sum: Aku Berpikir Maka Aku AdaDalam hal ini Descartes mau menggali, membuka kesadaran manusia sebagai mahluk yang berjiwa, memiliki badan dan akal budi (berpikir dan berkesadaran dan mencari kebenaran). Inilah hal-hal yang menjadi  hakekat manusia dalam realitas. Selama jiwa, badan dan akal budi manusia aktif ia akan berpikir, meragukan, menerima dan menolak sesuatu yang ada dalam realitas. Descartes mau menekankan bahwa tidak ada satu pun manusia  di dunia ini yang tidak memiliki jiwa, badan dan akal budi untuk berpikir selama kemampuan berpikirnya masih berfungsi. Manusia juga hendaknya menggunakan akal budinya dengan baik sehingga dapat memandang Allah sebagai kesempurnaan dan kebenaran sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H