Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Puas

29 April 2024   20:39 Diperbarui: 29 April 2024   20:46 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puas.  Kita manusia tidak pernah puas. Itu karena oleh Pencipta kita diciptakan demikian untuk tidak pernah puas. Dalam diri kita masing-masing Tuhan tempatkan empat unsur: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani (4N, Kwadran Bele, 2011). Nafsu yang mendorong diri kita untuk nikmati ini lalu itu dan terus mau dan mau. Nalar kita menuntun untuk alami segala macam hal sejauh kita mau dan mampu. Naluri kita cenderung mengejar terus apa saja dan siapa saja untuk merasa puas. Nurani kita pun terus berbisik untuk kejar sesuatu sampai puas.

Puas. Kalau tidak pernah puas, maka kapan baru kita manusia alami yang namanya puas. Puas akan terjadi kalau kita sudah senang. Senang itu hasil usaha Nafsu kita. Kalau sudah senang, Nalar kita terus membuka cakrawala baru untuk kejar terus segala kemungkinan untuk puas dan lebih puas lagi. Dan hasil dari Nalar ini ialah gembira. Pengetahuan baru, pengalaman baru membuat diri kita gembira. Karena gembira, kita puas. Tapi Naluri kita masih menunjuk ke arah yang baru dan mendorong diri kita untuk kejar dan terus kejar supaya dapat dan lebih puas.

Puas. Puas itu terjadi sesudah ada rasa senang dan gembira. Jadi ada tiga wajah, senang, gembira dan puas. Tiga ini saja tidak cukup. Masih kurang. Kurang apa? Tanya pada Nurani. Tiga rasa ini sumbernya dari mana? Dari diri kita manusia sendiri? Tidak. Kalau ada dalam diri kita sendiri, maka apa gunanya dicari, diupayakan lalu diperoleh? Berarti ada di luar diri kita. Nah, di mana? Nurani menjawab, sumber senang, gembira, puas itu ada dalam DIRI TUHAN, Sumber, asal dan tujuan hidup kita di dunia ini. Maka senang, gembira, puas itu kalau terjadi karena diri kita manusia mengupayakan sesuai dengan Kehendak Pencipta yaitu, mengasihi dan sesama secara jujur, tulus, maka kita akan merasa bahagia. Lengkaplah hidup kita. Senang, Gembira, Puas, Bahagia. Ini yang kita nikmati di dunia ini dan berlanjut di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun