Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Punggung

2 Februari 2022   21:14 Diperbarui: 2 Februari 2022   21:18 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Punggung ada tulang. Tulang punggung. Tegak, kokoh. Tubuh tegak karena  punggung. Punggung cedera, bongkok. Punggung ada ruas-ruas. Elastis. Punggung tidak kaku. Kita manusia berdiri ditopang punggung. Ada ungkapan, orang muda tulang punggung negara. Harapan, sandaran. Hidup  ada harapan  karena ditopang tulang punggung. Beban yang dipikul, bakul yang dijunjung tak terasa beratnya karena  punggung kuat menahan. Ada kalanya terdengar keluh-kesah, punggung terasa mau patah, tanda manusia tidak kuat dalam segala hal.  Punggung itu tiang penopang hidup. Punggung itu perisai penahan serangan dari belakang. Ini semua peranan punggung yang ada di belakang dan tidak menonjol. 

Punggung terpasang untuk tahan deraan. Punggung siap dipanggang terik mentari dalam mencari sesuap nasi. Punggung siap ditunggangi  dalam keadaan jatuh tertiarap untuk bangkit dan tegak lagi. Punggung tahan banting. Itulah kita manusia, terbentuk jadi tinggi atau pendek karena punggung. Punggung itu pelindung kehidupan.  Tanpa punggung hilang pelindung, lenyap kehidupan.

Kita manusia ada Nafsu untuk mempertahankan hidup. Itu peran utama punggung. Kita ada Nalar untuk mengelola kehidupan.  Punggung jadi penunjang. Kita ada Naluri untuk hidup bersama sesama. Itu ibarat tubuh tertopang oleh punggung. Kita manusia ada Nurani untuk merenung dan bersyukur. Dalam hal ini punggung itu ibarat relung gua penuh kesejukan. Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani, ditopang punggung, ditampung punggung, ditanggung punggung untuk menjadikan pribadi kita manusia mampu tegak menatap ke depan, penuh harap dan berlimpah kasih. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Punggung bergulung cari nafkah. Itulah Nafsu. Punggung terkatup menampung ilmu dan pengalaman. Itulah Nalar. Punggung tempat terpaut kedua lengan untuk merangkul. Itulah Naluri. Punggung  jadi tangkup penyejuk bathin. Itulah Nurani. Utuh. 

TUHAN adakan punggung penuh makna. Maka kita jangan balik punggung membelakangi sesama dan menantang TUHAN.  Sebaliknya, puji TUHAN karena beri kita punggung untuk tegap penuh harap dan merunduk  penuh sujud. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun