Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dari Sudut Filsafat (39)

17 Oktober 2021   19:52 Diperbarui: 17 Oktober 2021   19:55 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulis. Tulis baik atau tidak. Benar atau tidak. Bagus atau tidak. Baik, Benar, Bagus, 3B. Ini yang orang Latin bilang, Bonum, Verum, Pulchrum (baik, benar, bagus).

Cucuku Julou, kelas 4 SD, tulis, parah. Tulis baik, benar, tapi tidak bagus. Gurunya pun mengeluh, susah membacanya. Yah, sampai di situ perkembangannya, tahap belajar, diharapkan akan lebih bagus supaya yang dia tulis itu baik dan benar. 

Bayangkan, tulis huruf a sama dengan d. Sehingga kalau tulis 'anak', kita terka, dndk. Kalau tulis 'duduk' kita terka, 'auauk'. Julou tulis salah karena tidak tahu. Bukan dengan sengaja.

Hidup kita ini tulis-menulis. Dari saat ke saat apa yang kita lakukan itu adalah tulis dan hasilnya, tulisan. Tulisan ini bukan huruf-huruf, bukan buku berhalaman-halaman. 

Tulisan ini data dan fakta tentang perilaku kita.  Ada yang kita sendiri tulis ada yang orang lain yang paksa tulis. Tapi tetap tulisan hasil karya pribadi, entah atas kemauan sendiri atau atas paksaan pihak lain. Kalau paksaan itu dalam bentuk tulis yang baik, benar dan bagus, syukur. Jangan sebaliknya.

Nafsu suruh kita ingin dan dapat sesuatu. Nalar atur kita pikir, timbang dan putuskan harus buat apa. Naluri sadarkan kita untuk tenggang rasa dengan orang lain, perhatikan orang lain. 

Nurani mantapkan dalam diri kita rasa damai dan tenteram. (4N, Kwadran Bele, 2011). Ini semua hasil tulis-menulis yang terbaca oleh DIA, PENCIPTA kita YANG MAHA-TAHU. 

Tidak bisa sudah salah tulis dan persalahkan pihak lain. Dipaksa tulis salah, salah tulis, sehingga tulis dengan terpaksa, maka kesalahan itu ada pada yang memaksa, bukan kesalahan penulis. 

Kalau salah tulis, dengan sengaja dan tahu dan mau, maka itu yang dinamakan dosa. Cepat diperbaiki. Setiap langkah hidup itu langsung tinggalkan tulisan yang tak terhapuskan.

Tulisan itu bukti otentik dari hidup kita. Tebal tipisnya buku kehidupan yang kita tulis tetap dibaca oleh DIA. Tidak pernah satu huruf pun yang kita tulis luput dari perhatian DIA. Itulah hidup. 

Huruf terakhir pada halaman terakhir ditulis oleh kita dan itulah yang dibuka di depan kita untuk dipertanggung-jawabkan. Yah, sekarang tergantung pada kita, sadar atau tidak bahwa setiap gerak kita entah tidur atau bangun, entah makan atau minum adalah tulisan yang kita tulis. 

Tinggal kewaspadaan kita untuk tulis, apakah tulis dengan baik, benar dan bagus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun