Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (57)

20 Mei 2021   05:32 Diperbarui: 20 Mei 2021   05:35 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu tambah. Ah, tambah apa? Tambah siapa? Tambah panjang? Tambah tinggi? Tambah dalam? Tambah jumlah? Itu semua ukuran. Bukan itu saja. Tambah segala-galanya. Kalau tidak tambah, apa gunanya hidup? Hidup itu hidup karena tambah dan tambah. Setiap detik itu tambah.

Tambah yang terlihat secara kasat mata, tambah tinggi, dalam, panjang, gemuk, sehat, segar, itulah tambah hidup hasil Nafsu. Dari saat ke saat seluruh jaringan tubuh kita manusia ini bekerja untuk tambah umur. Kalau tidak tambah, maka hidup jadi sia-sia. Jantung pompa darah untuk tambah sehat. Kita hidup karena ada tambah dan tambah. Bayangkan, kalau seseorang berumur tujuh puluhan tahun seperti diri saya, coba hitung. Sudah berapa karung beras yang saya habiskan. Dan masih tambah terus. Inilah tambah dalam hidup hasil karya nafsu.

Tambah yang tak terlihat tapi terasa baik oleh diri maupun sesama, itu hasil karya nalar. Tambah pintar, tambah arif, tambah bijak. Bayangkan, kalau nalar tidak berfungsi, maka sebaliknya terjadi, tambah bingung dan linglung. Nalar di mana? Nalar ada untuk tuntun diri kita manusia agar merambah semua pengetahuan yang sudah ada dan tersedia. Hidup ini bukan tambah ilmu, tapi tambah mendalami ilmu. Pengetahuan itu sudah ada dalam Diri Yang Mahatahu dan kita manusia yang diberi TUHAN untuk tambah ilmu dalam arti mendalami dengan memberi nalar kepada kita.

Tambah turunan, tambah teman. Ini karya naluri. Tambah penduduk. Tambah penganut. Tambah pendukung. Tambah dan terus tambah. Inilah hidup, tambah setiap saat manusia yang hidup. Benci sesama malah bunuh sesama sejatinya lawan prinsip hidup, tambah ini. TUHAN, Sang Pemberi Hidup tambah dan tambah, mengapa ada dari kita ini kurangkan jumlah manusia yang hidup. Ada ibu yang gugurkan janin, bunuh bayi, termasuk melawan hidup yang pada dasanya tambah dan tambah.

Tambah tenang, tambah damai, tambah alim, tambah kudus. Ini karya nurani. Semua kita, saya, anda, dia, kita, terpanggil untuk tambah kudus dalam arti semakin tambah dekat dengan Yang Mahakudus. 

Ini semua perpaduan karya empat unsur dalam diri kita, Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Yang tambah itu DIA, PENCIPTA kita. Kita berperan untuk laksanakan Amanat dari DIA, tambah segala yang baik, benar, bagus dalam hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun