Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (28)

14 Maret 2021   20:32 Diperbarui: 14 Maret 2021   20:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu sadar. Tubuh tidur tapi hidup sadar. Nafsu untuk menghimpun harta secara tidak wajar menggebu-gebu. Hidup itu sadar bahwa nafsu sedang salah jalan. Nalar sedang putar otak untuk tipu sana tipu sini. Jebak sesama, kelabui otak orang supaya tipu muslihat berhasil. 

Hidup sadar bahwa nalar ini tidak sehat lagi sedang dikaburkan. Naluri kalap, tutup mata hantam sana hantam sini supaya diri sendiri yang menonjol. Siapa pun yang menjadi saingan, ditebas. Hidup sadar bahwa naluri ini sudah buas. Nurani diyakinkan bahwa sesama dikorbankan demi kursi dan puji itu baik dan boleh. Hidup sadar bahwa nurani sudah dikelabui dengan keyakinan palsu. 

Empat unsur dalam diri manusia, nafsu+nalar+naluri+nurani ada untuk sadar dalam hidup yang sadar agar saya, anda, dia, kita sadar bahwa hidup itu harus baik, benar dan bagus atau indah. (4N, Kwadran Bele, 2011). Di luar itu, hidup yang sadar sudah dipelintir menjadi kurang sadar akan hidup dalam arti yang sesungguhnya, hidup yang baik, hidup yang benar dan hidup yang bagus.

Hidup itu sadar. Mustahil ada manusia yang bela diri, saya kurang sadar, saya tidak sadar bahwa yang saya buat itu tidak baik. Bagaimana dengan orang gila? Orangnya gila, 4N dalam dirinya berantakan tapi hidup yang ada dalam dirinya tetap sadar. Dalam hidup yang sadar ini entah itu di bawah sadar, di atas sadar atau dalam sadar, yang namanya sadar itu tetap sadar karena hidup dan sadar itu satu. 

Hidup yah sadar. Sadar yah hidup. Hidup yang sadar itulah yang kita manusia tampung dalam diri kita tanpa ada akhir lagi. Kita harus yakin, manusia itu diadakan oleh Pencipta, ada awal, tidak ada akhir. Kita hidup terus dengan sadar tanpa sesaat pun hidup tanpa sadar. Tidur nyenyak pun sadar bahwa diri kita  tidur nyenyak sehingga sewaktu bangun dengan segar sendiri sadar bahwa keadaan  nyenyak itu sudah terlampaui.

Hidup itu sadar dan karena sadar itulah hidup itu harus dipertanggung-jawabkan kepada Pemberi hidup. Tidak mungkin seseorang yang berumur tujuh puluh tahun berkata, saya hanya bisa pertanggung-jawabkan yang lima puluh tahun, sedangkan dua puluh tahun yang lain saya jalani secara tidak sadar. 

Hidup yang ada dalam orok pun sadar bahwa hidup itu ada dan itu bahagian dari seluruh hidup dalam diri seorang manusia. Atas dasar inilah bayi pun mempunyai hak untuk dilindungi karena hidup yang ada dalam dirinya bukan sepersepuluh atau sepertiga dari hidup yang sebenarnya. 

Hidup itu ada secara sadar dalam diri manusia dan kita inilah yang pada saatnya berhadapan muka dengan muka dengan TUHAN dalam keadaan sadar bahwa hidup sudah kita jalani di dunia ini. Jadi sadar dan tetap sadar bahwa hidup ini bersatu dengan YANG MAHA SADAR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun