Kasihi itu kewajiban, kasihani itu kebajikan. Kasihi  beda dengan kasihani. Dua kata ini sangat berdekatan tapi maknanya sangat berbeda. Kasihi sesama itu nilainya abadi, kasihani sesama itu nilainya sementara.Â
Kasihi tindakan sederajat. Kasihani itu tindakan atas bawah. Yang kuat kasihani yang lemah. Kasihi itu harus terjadi tanpa syarat. Dalam keadaan apa pun, siapa pun yang ditemui, setiap orang harus kasihi orang itu karena dia sesama, sama-sama manusia.Â
Antar pribadi, antar keluarga, antar suku, antar bangsa, harus terjadi terus-menerus tindakan ini, 'kasihi', bukan hanya sekedar 'kasihani'. Kalau ada susah, termasuk kesusahan global yang disebabkan oleh menularnya virus 'corona', kasihani sesama, barang biasa, kirim bantuan, beri perawatan, ini masih sebatas kasihani. Apakah itu sudah sampai derajat 'kasihi'? Belum tentu.Â
Kasihani tuntut balas untuk dikasihani. Kasihi, tidak tuntut balas. Begitu banyak negara tergerak untuk membantu negara lain. Begitu banyak relawan jadi pahlawan karena menolong sesama. Ini tindakan 'kasihi' atau 'kasihani'? Masih tingkat kasihani, belum kasihi.Â
NAFSU kita manusia selalu ada untuk menolong sesama. Itu sebatas menolong dengan materi atau ungkapan lahiriah dengan kata-kata hiburan kepada sesama yang membutuhkan. Ini masuk kategori kasihani sesama, belum kasihi sesama.
NALAR kita manusia dipenuhi dengan pengalaman dan pengetahuan tentang malapetaka yang dialami sesama. Kita langsung menaruh belas-kasihan. Ini belum pada tingkat kasihi, masih tingkat kasihan.Â
NALURI Â kita manusia ini tergerak untuk membantu sesama yang terkapar di depan kita tertimpa nestapa. Rasa kasihan langsung muncul dan membantu, tapi itu masih pada tingkat kasihan, belum pada tingkat kasihi. NURANI kita tersentuh dengan kesusahan sesama dan segala upaya dikerahkan untuk meringankan beban derita sesama.Â
NAFSU membagi harta muncul, NALAR kita jelas mendorong untuk meringankan beban sesama, NALURI kita menyambung reaksi dari NAFSU dan NALAR untuk membantu sesama dan NURANI menyatakan bahwa tindakan menolong sesama ini baik dan mulia.Â
Perpaduan aksi dari NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI (Kwadran Bele, 2011) Â dalam membantu sesama yang menderita ini baru lapisan dasar dari tindakan yang lebih tinggi, yaitu: kasihi.
Tindakan 'kasihi' sesama ada dalam NAFSU kita dalam bentuk kesadaran memenuhi kebutuhan diri sendiri dalam batas-batas yang wajar, tidak menumpuk harta berlebihan karena sadar bahwa sesama manusia, siapa pun dia, membutuhkan seperti yang kita butuhkan.Â
NALAR manusia yang jernih pasti alami dan ketahui secara tepat bahwa ada sesama dalam berbagai keadaan yang membutuhkan perhatian. Mengingat sesama baik yang menderita maupun yang bergembira, Â masuk dalam tingkat kasihi sesama.Â
NALURI kita merasa senang dengan orang yang  senang dan merasa iba dengan sesama yang bersengsara. Itulah tindakan kasihi sesama. NURANI kita tenang karena sesama tenang, damai karena sesama damai dan terus mengobarkan semangat tenang dan damai ini. Inilah tindakan kasihi sesama.Â
Kita tidak boleh puas hanya dengan tindakan 'kasihani' sesama. Harus tetap dalam posisi 'kasihi' sesama. Caranya? Sederhana: kendali NAFSU, jernihkan NALAR, haluskan NALURI, Â murnikan NURANI. Inilah tindakan kasihi sesama dan tindakan ini menjadi mata rantai yang menghubungkan setiap pribadi di mana pun dan kapan pun. TUHAN tempatkan kita di bumi ini untuk itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H