Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Bangga" dari Sudut Filsafat

23 Juli 2020   20:03 Diperbarui: 23 Juli 2020   19:54 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ayah buat keluarga bangga, Mama buat keluarga bahagia. Ayah kebanggaan keluarga, Mama kebahagiaan keluarga. Hilang ayah, hilang bangga, hilang mama, hilang bahagia. 

Ini nampaknya dua hal, bangga dan bahagia, tetapi sebenarnya dua sisi dari satu hal, bahagia dan bangga, bahagia lalu bangga, bangga karena bahagia. Bangga tapi tidak  bahagia, hampa. Bahagia harus bangga karena bahagia itu isi, bangga itu kulit

Kalau bangga tanpa bahagia, sama seperti kulit tanpa isi. Tiap manusia suka bangga. Bangga karena ada harta, NAFSU. Bangga dengan harta yang diperoleh dengan bijak, NALAR. Bangga karena harta dipakai bersama dengan orang yang berhak, NALURI. Bangga karena banyak orang tertolong dengan harta yang diperoleh secara bijak, NURANI. 

Bangga karena sesuatu yang baik, benar dan bagus sebagai hasil karya manusia, membuat NAFSU terpuaskan, NALAR cerah, NALURI tenang, NURANI damai. Inilah mata rantai 4 N (Kwadran Bele, 2011) sebagai manusia yang bangga karea  benar-benar manusia, bangga karena dirinya manusia sejati. 

Bangga karena berhasil tipu banyak orang. Bangga karena dapat uang berlimpah-limpah dalam waktu singkat hasil kerjasama dengan penipu. Bangga karena sudah berhasil lulus ujian dengan nyontek. Ini semua bangga dengan tanda tanya berlipat-lipat. 

Bangga model apa ini? Bangga karena anak dapat jabatan sesudah sogok atasannya dengan uang seratus juta rupiah. Bangga karena punya rumah mewah di kawasan wisata sebagai hasil gratifikasi. Ini bangga palsu. NAFSU, serakah. NALAR, pecundang. NALURI, pengacau. NURANI, penghujat. 

Bangga itu dambaan setiap manusia. Bangga karena sudah berusia lanjut dan tetap bugar. Bangga karena hidup cukup sandang, pangan dan papan. (NAFSU).   

Bangga karena menyayangi dan disayangi orang.  Bangga karena mendidik anak-anak dengan baik. Bangga karena mencerdaskan banyak orang.  Bangga karena mempunyai pandangan yang membantu banyak orang. (NALAR). Bangga karena meghibur banyak orang dalam kedukaan. Bangga karena dianggap tokoh di tengah masyarakat. (NALURI). Bangga karena andalkan TUHAN dalam setiap usaha. Bangga karena tegar biar jatuh dan bangun berkat ketekunan dalam doa dan amal. (NURANI).

Inilah model-model rasa bangga yang diharapkan oleh setiap orang dalam terang dari DIA yang turut bangga bahwa DIA telah mengadakan kita untuk mencintai sesama dan mengolah alam yang DIA cipta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun