Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Putri Malu" dari Sudut Filsafat

17 Juli 2020   19:45 Diperbarui: 17 Juli 2020   19:41 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putri malu ini nama yang aneh untuk sejenis perdu yang sebenarnya mengganggu sekali. Merambat, berduri dan mematikan tanaman lain. Ternyata di kamus ada nama lain juga, 'semalu' atau 'sekejut'. Ada kata 'malu' dan 'terkejut'.  Nama ilmiah, gagah sekai, 'Mimosa pudica'. Sejarah nama putri malu pasti ada tapi saya tidak sempat memperolehnya. 

Waktu saya masuk ke hutan dan melihat kawanan sapi lewat dalam belukar, putri malu benar-benar 'malu', layu sejenak. Kemudian sekitar satu jam, saya lewat lagi, sudah pulih, yang tadinya tertunduk lesu dan layu, sudah tegak dan segar kembali. 

Heran kata Indonesia, putri malu diberikan kepada tumbuhan ini dalam satu metafora yang luar biasa, layunya daun-daun ini diibaratkan dengan seorang putri yang merunduk malu waktu mendengar pujian gombal si pemuda saat awal cinta monyet. 

Putri malu menghantar saya berfilsafat tentang dirinya. Entah proses apa yang membuat dirinya layu sesaat.  Melindungi diri? Untuk melindungi diri sudah ada duri. Daun menggulung, menutupi apa? Tidak ada yang perlu ditutupi karena batangnya berduri yang tidak menarik hewan mana pun. Daya apa dan untuk apa daunnya menggulung sehingga menimbulkan kesan seperti seorang manusia, putri yang sedang malu? 

Kita manusia ini sama seperti putri malu, ada reaksi spontan terhadap situasi sekitar kita. Inilah NAFSU. Reaksi terhadap aksi sekitar kita muncul otomatis. NALAR juga memilah jenis aksi yang terjadi membahayakan atau tidak. 

NALURI bekerja untuk bersiap-siap mempertahankan diri. NURANI langsung beri isyarat, hati-hati, jangan gegabah. Inilah yang saya namakan 4 unsur dalam manusia, 4 N (Kwadran Bele, 2011).

Putri malu bereaksi terhadap setiap gerak sekecil apa pun di sekitarnya. NAFSU kita yang mendorong kita untuk memenuhi segala keinginan kita menerima segala sesuatu yang berguna di sekitar kita dan menolak segala sesuatu yang merugikan kita. Itu NAFSU dalam fungsinya yang sejati. 

Pribadi kita yang terselubung dalam balutan kulit yang lunak secara otomatis melindungi diri kita dari serangan udara yang kelewat panas atau dingin, tapi secara otomatis pula pribadi kita membuka diri menghirup udara yang segar, suasana ria gembira. 

NALAR, NALURI, NURANI kita meramu segala reaksi yang muncul dari NAFSU itu secara serentak dan tampillah diri kita dalam situasi yang kita sadari penuh, baik atau buruk. Misalhna, marah. Seluruh tubuh kita, menampakkan dengan jelas keadaan marah ini. 

Mata menyala, muka memerah, tangan gemetar, jantung berdetak lebih kencang, siap menerkam yang menyerang. Dalam situasi ini, sebenarnya 4N dalam diri kita itu sedang bergejolak seperti air diaduk dalam bokor. Ketenangan berganti ketegangan. 

Aha, putri malu bukan malu, tapi memberi isyarat, sambil berseru, 'Awas, saya ada, lebih dekat, duri saya siap.' Dia siaga.

 Kita manusia sering kurang siaga, padahal PENCIPTA kita siaga penuh menjaga kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun