Puisi dan politik sulit dipisahkan. Sebagian orang mungkin bahkan terpaksa harus menepuk jidat. Kesulitan memastikan apakah keduanya sesungguhnya dua wajah dari satu makhluk yang sama ataukah dua makhluk berbeda yang sesekali berjabat tangan saja.Â
Pada tahun 1987 Gus Mus (KH. Ahmad Mustofa Bisri) menulis sebuah puisi berjudul "Kau Ini Bagaimana atawa Aku Harus Bagaimana". Kemungkinan Gus Mus tidak pernah membayangkan bahwa goresan penanya itu akan berbuntut panjang. Apalagi jika buntut itu mengibas kanan-kiri dan bahkan menampar wajah penulis puisi yang dibuntutinya itu. Puluhan tahun kemudian.
Hari ini, lebih dari 30 tahun kemudian terhitung sejak saat puisi itu ditulis, ada banyak sekali situs web yang menayangkan puisi tersebut. Namun, harap jangan kaget, jika menemukan banyak ketidakcermatan penulisan. Walhasil, membandingkan versi tertulis di sejumlah situs itu tentu akan melahirkan sebuah kemusykilan. Sulit memastikan versi tulis mana yang  akurat. Harap maklum, inilah realita mutu kinerja sejumlah penulis blog Indonesia, yang dikarenakan berbagai faktor tidak pernah berkesempatan atau merasa berkeperluan mendalami ilmu kewartawanan dan menetapi kode etik sebagai pewarta.
Sejumlah youtuber telah membantu kita mengatasi masalah akurasi ini dengan mengunggah versi lisan puisi tersebut yang diambil dari rekam suara Gus Mus sendiri. Umumnya video-video yang mereka unggah juga sudah disertai subtitle. Bagi yang belum pernah mendengar silakan mencermati video berikut. Versi tertulis dicantumkan di bawah video tersebut.
Kau Ini Bagaimana atawa Aku Harus BagaimanaÂ
Oleh: KH. Ahmad Mustofa Bisri
Kau ini bagaimana?
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana?
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana?
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana?
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya