Mohon tunggu...
Achmat Heri Dwijuwono
Achmat Heri Dwijuwono Mohon Tunggu... Penulis -

Berbagi inspirasi mendidik anak di sini: https://www.instagram.com/forumparenting/ Tinggal di Gunungkidul, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Bilang Anak Kita Tidak Nakal?

6 Maret 2019   21:01 Diperbarui: 15 Maret 2019   15:51 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahapan perkembangan jiwa menentukan pola pikir | pexels.com

Raga setiap orang terus tumbuh seiring bertambahnya umur, namun perkembangan jiwa seseorang memang tak selalu seiring. 

Setiap manusia memiliki jiwa dan raga. Raga tumbuh dari zigot dalam kandungan. Hingga renta terbaring di ranjang kematian. Jiwa berkembang dari fase kekanakan. Hingga matang.

Tahapan perkembangan jiwa menentukan pola pikir. Yakni tata cara seseorang memberi makna terhadap keberadaan diri dan lingkungan. 

Pola pemberian makna ini menentukan variasi jenis emosi, atau perasaan dominan, yang mampu dirasakan seseorang. Dalam menghayati ragam pengalaman hidup yang berdinamika. 

Raga yang kekurangan nutrisi terjeda pertumbuhannya menjadi kerdil (stunting). Jiwa yang kekurangan nutrisi mengalami jeda perkembangan menjadi kerdil juga (kekanakan). 

Salah satu penanda jiwa yang perkembangannya terjeda adalah belum munculnya kemampuan tilikan diri yang mencukupi. Yakni absennya keterampilan untuk menempatkan diri secara selaras dengan keberadaan pribadi-pribadi lain yang begitu beraneka di alam semesta. 

Orang dengan perkembangan jiwa tak seiring pertambahan umur kronologis lazim menjadi gerundelan lingkungan sosial terdekat.

Dikomentari, "Sudah tua, kok kelakuan masih seperti bayi." Diprotes, "Berhentilah bertingkah seperti anak TK!" Atau menjelma tepukan di jidat, "Sudah berumur, mengapa tak kunjung jadi dewasa?" 

Manusia yang, dalam kacamata psikologi, berada pada tahapan awal perkembangan jiwanya ini dapat disebut sebagai 'manusia mulut'. 

Bisanya baru mendengar diri sendiri. Tak siang, tak malam, menganggap penting diri sendiri. Mengukur apapun, dan siapapun, menggunakan kriteria idealnya sendiri. Saat sendirian selalu merasa diri paling benar, maka saat bersama orang lain selalu minta disetujui. 

Apa yg terjadi jika ada 'manusia mulut' yang jatuh cinta, menikah, dan beranak-pinak? Bagi orangtua yang tidak sabaran, tersebab kemampuan bersabarnya belum berkembang optimal, semua anak adalah anak nakal.

Bagi orangtua yang tak sabaran semua anak adalah anak nakal | forumparenting.com
Bagi orangtua yang tak sabaran semua anak adalah anak nakal | forumparenting.com
Apa yg terjadi jika ada 'manusia mulut' yang sudah lulus sekolah, dapat sertifikat, dan menjadi seorang pengajar? Bagi seorang pengajar yang kebelet melihat hasil, semua anak adalah anak bebal.

Bagi pengajar yang kebelet melihat hasil semua anak adalah anak bebal | forumparenting.com
Bagi pengajar yang kebelet melihat hasil semua anak adalah anak bebal | forumparenting.com
Apa yg terjadi jika ada 'manusia mulut' yang secara umur sudah dianggap sebagai manusia dewasa? Bagi orang dewasa yang otoriter, semua anak adalah anak bandel (berani melawan orang dewasa).

Bagi orang dewasa yang otoriter semua anak adalah anak bandel | forumparenting.com
Bagi orang dewasa yang otoriter semua anak adalah anak bandel | forumparenting.com
Semoga kita tidak tergoda merasa telah menjadi orangtua sempurna. Sudah menguasai segala ilmu. Dan memakan semua asam dan garam kehidupan. Sehingga merasa berhak mendikte. Serta mengutuk siapapun yang menolak menjadi epigon.

Semoga kita lebih tertarik untuk memilih melindungi anak. Dari berbagai resiko tumbuh-kembang. Yang bakal merugikan anak. Dan niscaya berbuah serbaneka masalah sosial dalam jangka panjang.

Gunungkidul, 6 Maret 2019
Achmat Heri Dwijuwono 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun