Mohon tunggu...
Achmat Heri Dwijuwono
Achmat Heri Dwijuwono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tinggal di Gunungkidul, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Antri Mati

29 November 2017   15:14 Diperbarui: 1 Desember 2017   09:46 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com


Seorang bakul daging bebek rutin menyembelih bebek sebelum berangkat ke pasar dan menjajakan dagangannya di sana. Seekor ayam yang menyaksikan adegan penyembelihan bebek itu mendatangi sekawanan bebek di kandang untuk memberitahukan bahwa hidup di bumi ini sementara.

Siapapun bisa memilih aktivitas apa saja untuk dilakukan selama hidup di alam semesta. Hanya saja, semuanya dibatasi waktunya. Setiap bebek akan disembelih saat waktunya tiba.

Ayam itu menyarankan supaya para bebek tidak menghabiskan umur dengan makan-tidur saja, saling sikut berebut pangan semata, atau bertarung rebutan pasangan kawin belaka.

Ayam itu berbicara dalam bahasa ayam. Para bebek yang seumur hidup tak pernah bergaul akrab dengan ayam, tidak pernah merasa perlu belajar bahasa ayam, dan lagipula di dunia bebek belum ada juru bahasa yang menawarkan layanan kursus bahasa ayam, hanya celingukan. Saling pandang dengan tatap tak mengerti. Dan, bertanya satu sama lain: "Ngomong apa sih ayam ini?"

Ayam itu berkali-kali mengulang perkataannya dan terlihat jelas betapa para bebek itu justru semakin tidak nyambung. Akhirnya ayam itu mencoba menjelaskan maksudnya dengan memakai bahasa isyarat.

Dengan sebelah sayap, ditunjuknya semua bebek satu-persatu. Lalu dibuatnya beberapa gerakan isyarat lain.

Melihat bahasa isyarat itu masing-masing bebek berjuang membuat penafsiran. Ada yang menyimpulkan ayam itu edan, sebab melarang cari nafkah, tak membolehkan makan dan tidur, bahkan mengharamkan kawin.

Ada pula bebek yang menganggap pesan ayam itu sebaiknya diabaikan saja, sebab tidak jelas apa maksudnya. 

Sebagian bebek berteriak, "Pergilah dari sini! Jangan ganggu ketenteraman hidup kami." 

Sebagian bebek bahkan segera mengerubungi ayam itu dan mengeroyoknya beramai-ramai, sebab dianggap mengancam keberlangsungan hidup para bebek. 'Ayam kurang ajar, datang-datang melarang-larang,' begitu kesimpulan mereka.

Dan di tengah hiruk-pikuk itu bakul daging bebek datang untuk melakukan pekerjaan rutinnya. Memilih bebek yang perlu disembelih untuk dijual di pasar lagi keesokan hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun