Sepi, keheningan, kesunyian mungkin itu yang selalu mengiringi langkahku. Hanya ada aku dan temanku seorang. Aku berjalan menerobos segala rintangan. Kerja keraslah yang dapat menolongku menggapai mimpiku. Menembus waktu, di bawah teriknya matahari dan dinginnya malam. Itu semua hanya ada dalam kehidupanku.
Menghabiskan waktuku hanya untuk bekerja pada temanku, kain. Aku mengobatinya saat dia terluka. Walaupun kadang aku melukainya dengan bagian tajam dari tubuhku. Rasa bersalah begitu menghantuiku setiap kali aku menyentuhnya. Walau dia berkata taka pa tapi aku rasa itu tetap ada menghantui mimpi-mimpiku. Maafkan daku, kawan, bukan maksudku menyakitimu, bukan keinginanku yag sebenarnya.
Selama petualanganku di dunia ini, aku juga pernah mengalami kegagalan. Itu terjadi saat aku mulai melangkahkan kakiku di suatu tempat yang asing, hutan jerami. Berjalan perlahan menikmati keindahan panorama yang begitu indah dan menyejukan hati. Namun, tak kusangka setelah kuputari hutan itu kembali berkali-kali aku tak dapat menemukan jalan pulang, aku tersesat.
Bagai orang linglung diriku ini, kehilangan arah dan tujuan. Sampai-sampai telah kuputari hutan itu lebih dari 3 kali. Sungguh amat keajaiban yang membuatku beruntung menemukan temanku magnet setalah sekian lamanya aku berkeliling. Dan akhirnya aku terselamatkan berkat temanku, magnet. Tak hanya menyelamatkanku, dia juga menenangkan hatiku yang begitu cemas ini.
Tak hanya kegagalan saja yang pernah kualami, dicampakan oleh banyak orang sangat sering menghampiriku. Ditingal seorang diri tanpa seorang pun menemaniku. Saat orang lain mencariku, dia bahkan hamper tak bisa menemukanku. Karena mencariku butuh usaha yang besar dan ketelitian yang luar biasa. Namun jikanmereka tak menemukanku, malanglah nasibku. Mereka melupakanku dan mencari penggantiku sekalipun penggantiu itu tak lebih baik dariku. Dan lagi lagi aku hidup dalam kesepian.
Aku percaya mujizat itu nyata. Aku percaya juga ada orang di luar sana yang masih membutuhkaku bahkan sayang padaku. Pastilah orang ini mencariku karena aku adalah sesuatu yang paling berharga baginya. Mungkin jika aku hilang, di akan mencariku sampai aku diketemukan. Sekalipun badanku ini kecil, orang itu pasti tak akan mencari penggantiku. Sungguh bahagia hatiku ketika aku bertemu dengan orang seperti ini. Seperti kata banyak orang, “Bahagia itu sederhana”. Ya, seperti inilah aku sekarang, aku bahagi. Bahkan sangat bahagia, meskipun aku harus lali hari-hariku dengan penuh kerja keras sekalipun.
Badanku memang kecil, namun itu tak menghalangiku untuk berkarya di dunia ini. Mungkin kalau tak ada aku, orang tak akan bisa memamakai baju dengan berbagai model bahkan mereka tak bisa memamkainya. Ya, begitulah aku dinamakan jarum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H