Mohon tunggu...
Bela Nadina
Bela Nadina Mohon Tunggu... Konsultan - Business & International Relations

achieve your best goals more than your expectations

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketidaknetralan ASN: Tantangan dan Implikasi Bagi Pemerintahan di Indonesia

11 Juni 2024   13:26 Diperbarui: 11 Juni 2024   13:26 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) memegang peran krusial dalam menjaga stabilitas pemerintahan dan kualitas pelayanan publik di Indonesia. Netralitas ASN menjadi salah satu pilar utama untuk menjamin integritas dan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. 

Namun, tantangan besar masih dihadapi dalam menjaga netralitas ASN, terutama dalam konteks politik dan kepentingan pribadi. Ketidaknetralan ASN dapat mengganggu proses demokrasi dan menurunkan kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintahan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya reformasi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk memastikan ASN tetap netral dan fokus pada pelayanan publik.

Penyebab Ketidaknetralan ASN

1. Pengaruh Politik dan Kepentingan Pribadi

ASN seringkali terjebak dalam permainan politik dan kepentingan pribadi. Intervensi dari pihak-pihak berkepentingan, baik di tingkat lokal maupun nasional, dapat mempengaruhi keputusan ASN dalam menjalankan tugasnya. Ketidaknetralan ini sering terjadi pada masa-masa pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah, di mana ASN didorong untuk mendukung kandidat tertentu.

2. Budaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

Budaya KKN masih menjadi penyakit kronis dalam birokrasi Indonesia. Banyak ASN yang terlibat dalam praktik-praktik ini demi keuntungan pribadi atau kelompok. KKN tidak hanya merusak netralitas ASN, tetapi juga menurunkan kualitas pelayanan publik dan menambah beban negara.

3. Struktur Organisasi dan Hierarki

Struktur organisasi yang hierarkis seringkali memberi kekuasaan besar pada pejabat pembina kepegawaian. Pejabat ini bisa saja menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk mempengaruhi promosi dan penempatan jabatan ASN berdasarkan kepentingan pribadi atau politik, bukan berdasarkan meritokrasi.

4. Kurangnya Pengawasan dan Sanksi

Pengawasan terhadap netralitas ASN seringkali tidak optimal, dan sanksi bagi pelanggaran juga kurang tegas. Hal ini menyebabkan ASN merasa bebas untuk terlibat dalam praktik-praktik tidak netral tanpa takut mendapatkan hukuman yang setimpal.

Reformasi Rekrutmen ASN

Reformasi rekrutmen ASN menjadi salah satu faktor penting dalam upaya mencegah ketidaknetralan dalam birokrasi Indonesia. Ketidaknetralan ASN sering kali berakar dari proses rekrutmen dan promosi yang tidak transparan dan tidak berbasis meritokrasi. Dengan melakukan reformasi rekrutmen, pemerintah dapat memastikan bahwa ASN yang terpilih adalah individu-individu yang berkualitas, berintegritas, dan netral.

Reformasi rekrutmen bertujuan untuk membuat seluruh proses seleksi ASN menjadi lebih transparan. Informasi mengenai kriteria seleksi, tahapan proses, dan hasil akhir harus dipublikasikan secara terbuka. Transparansi ini mencegah adanya kecurangan atau nepotisme, di mana hanya individu yang memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang akan terpilih. Hal ini mengurangi peluang bagi individu yang memiliki kepentingan pribadi atau politik untuk masuk ke dalam birokrasi.

Reformasi rekrutmen menekankan pada prinsip meritokrasi, yaitu seleksi berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Dengan menerapkan sistem meritokrasi, ASN yang dipilih adalah mereka yang benar-benar memiliki kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan. 

ASN yang kompeten cenderung memiliki integritas yang tinggi dan mampu menjalankan tugas secara profesional, tanpa terpengaruh oleh kepentingan politik.

Reformasi rekrutmen juga harus mencakup penegakan sanksi yang tegas terhadap segala bentuk pelanggaran, baik oleh panitia seleksi maupun calon ASN. Sanksi yang tegas dan jelas akan menjadi deterrent effect bagi siapapun yang mencoba melakukan kecurangan atau menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan. Hal ini membantu menciptakan budaya integritas dalam proses rekrutmen.

Dampak Signifikan Terhadap Kenetralan ASN

Proses rekrutmen ASN yang dilakukan oleh pemerintah haruslah berbasis pada kualifikasi dan kompetensi yang objektif. Jika proses ini tidak transparan atau terdapat intervensi politik atau nepotisme, maka akan berpotensi mengakibatkan perekrutan ASN yang tidak netral. ASN yang direkrut berdasarkan pertimbangan politik atau hubungan personal akan cenderung memiliki loyalitas yang lebih kepada pihak yang merekrutnya daripada kepada prinsip netralitas.

ASN yang direkrut melalui proses yang tidak netral mungkin akan merasa terikat atau berpihak pada pihak-pihak tertentu yang telah membantunya dalam mendapatkan posisi tersebut. Hal ini dapat mengganggu independensi dan objektivitas ASN dalam menjalankan tugas dan fungsi pelayanan publiknya. ASN yang netral seharusnya dapat bekerja untuk kepentingan umum tanpa adanya pengaruh dari pihak eksternal.

Proses rekrutmen yang netral penting untuk menjaga integritas institusi pemerintah. Ketika proses rekrutmen tidak netral, hal ini dapat menciptakan citra negatif terhadap institusi pemerintah, mengurangi kepercayaan publik, dan merusak legitimasi pemerintah. ASN yang direkrut melalui proses yang transparan dan adil akan lebih dihormati dan dipercaya oleh masyarakat dalam menjalankan tugas-tugasnya.

ASN memiliki peran penting dalam implementasi kebijakan publik. Jika proses rekrutmennya tidak netral, hal ini dapat mempengaruhi kebijakan yang dihasilkan menjadi bias atau tidak memenuhi kebutuhan masyarakat secara adil. ASN yang netral dan independen akan lebih mampu menjalankan fungsi pengawasan dan penegakan hukum sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan supremasi hukum.

Pihak Yang Terlibat

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB)

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) memiliki peran sentral dalam proses rekrutmen ASN di tingkat nasional. Kemenpan RB bertanggung jawab atas perumusan kebijakan, pedoman, dan standar terkait pengadaan, pengelolaan, dan pengembangan ASN di seluruh instansi pemerintah.

Kemenpan RB dapat berperan sebagai pengawas dan fasilitator dalam memastikan bahwa proses rekrutmen ASN di Kementerian/Lembaga dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk standar-standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Kemenpan RB juga dapat memberikan bimbingan teknis dan dukungan kepada setiap kementerian/lembaga dalam rangka meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kualitas proses rekrutmen ASN.

Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

BKD memiliki peran sentral dalam mengelola proses rekrutmen ASN di tingkat daerah. Kolaborasi dengan BKD dapat membantu memastikan bahwa proses rekrutmen dilaksanakan sesuai dengan aturan dan regulasi yang berlaku, serta mengimplementasikan prinsip-prinsip meritokrasi dan non-diskriminasi.

Rekomendasi

Urgensi reformasi birokrasi untuk menjamin integeritas pemerintahan dapat diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan hal ini merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Apabila dikaitkan dengan netralitas ASN perlu adanya keberlanjutan pembinaan dan penguatan pengawasan atas setiap implementasi dari regulasi yang dibuat. Pengawasan dilakukan oleh lembaga Pemerintahan terkait.

Implementasi dari regulasi yang telah dibuat dengan cara menetapkan hal-hal yang penting untuk dijadikan dasar oleh ASN agar tidak melanggar kaidah-kaidah yang ditetapkan. Penerapan dari aturan tersebut melalui saluran komunikasi yang jelas dari Pemerintah Pusat hingga Daerah melalui sarana lisan maupun tertulis.

Kesimpulan

Dalam implementasi suatu regulasi perlu adanya evaluasi dan pengawasan atas pelaksanaanya, Lembaga pemerintahan terkait dan Kepala Daerah perlu berkomitmen untuk dapat mewujudkannya melalui sikap perilaku yang mendukung pelaksanaan pemerintahan yang berintegeritas, netral dan professional.

Dengan penggunaan saluran komunikasi yang tepat ASN akan paham secara ilmu dan mengerti tentang segala aturan dan konsekuensinya, jadi hal ini akan meminimalisir terjadinya pelanggaran. Ini juga salah satu peluang untuk memperbaiki citra ASN dalam meningkatkan kinerja. Aktor yang terlibat dalam pelaksanaanya adalah Pemerintah dan ASN sendiri. Jadi diharapkan dalam penerapannya dapat dilakukan secara bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun