Gambar 1. Tumbuhan kantong semar (Nepenthessp.). Keterangan: A (lamina); B (kantong) dan C (sulur) (Pavlovic et al.,2010)
B. Mekanisme Adaptasi Nepenthessp. terhadap Cekaman Nitrogen
Nepenthessp. biasa tumbuh di daerah yang miskin hara nitrogen, misalnya di daerah rawa, tanah gambut maupun kawah vulkanik. Tumbuhan ini memiliki daun yang termodifikasi menjadi lamina, sulur dan kantong. Lamina berfungsi fotosintetik, sedangkan kantong yang terbentuk di ujung sulur merupakan modifikasi daun untuk menangkap serangga sebagai sumber nitrogen.
Berdasarkan penelitian Pavlovic et al.(2010), Nepenthessp. hanya membentuk kantong pada habitat dengan kadar nitrogen yang sangat rendah. Sedangkan apabila Nepenthesditumbuhkan secara ex-situpada substrat yang berkecukupan nitrogen dan nutrien esensial lainnya, maka tidak terbentuk kantong perangkap serangga.
Gambar 2. Nepenthes talangensistanpa penambahan nutrien (A) dan dengan penambahan nutrien pada tanah (B) selama 16 minggu (Pavlovic et al., 2010)
Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa dengan penambahan berbagai unsur esensial (makronutrien maupun mikronutrien) pada tanah, N. talangensistidak membentuk kantong perangkap dan terjadi perkembangan daun yang lebih besar. Menurut Pavlovic et al.,(2010), ketersediaan hara berpengaruh positif bagi fotosintesis Nepenthessp. Karena fotosintesis berlangsung dengan optimal, maka pertumbuhan daunnya baik. Namun, pada kondisi defisiensi unsur hara, justru terjadi perkembangan akar yang lebih baik untuk menyerap nutrien dari tanah sebagai upaya mengimbangi stres fotosintetik yang terjadi. Berdasarkan penelitian Pavlovic et al.(2009), perilaku karnivora Nepenthessp. berdampak pada berkurangnya fotosintesis dan kemungkinan meningkatkan proses respirasi. Hal ini disebabkan oleh digantikannya sel berisi klorofil pada daun dengan kelenjar pencernaan; kandungan klorofil, nitrogen dan densitas stomata yang rendah; tidak adanya parenkim palisade dan ruang interselular yang sempit.
Berdasarkan penelitian Saputro dkk. (2013), perlakuan pemupukan NPK pada Nepenthessp. menyebabkan perubahan pigmentasi pada kantong. Kantong perangkap yang terbentuk tanpa penambahan pupuk berwarna lebih cerah dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk. Padahal, kecerahan warna kantong Nepenthessp. berperan penting dalam menarik serangga sebagai sumber nitrogen untuk hinggap. Dengan demikian, terbukti bahwa morfologi Nepenthessp. memang teradaptasi untuk hidup di daerah miskin nitrogen.
Gambar 3. Kantong Nepenthes x ventratapada perlakuan kontrol (A) dan pemupukan NPK 10-55-10 0,5 g/L.
Pada kantong Nepenthessp., terdapat touch hormonseperti 12-oxophytodienoic acidsebagai prekusor asam jasmonat. Setelah ada serangga yang masuk, maka touch hormonini menginduksi enzim hidrolitik yang mengandung pathogenesis-related proteinyang aktif pada pH 4,3. Selanjutnya serangga dicerna lebih lanjut oleh enzim protease pada pH 3,4 sampai terurai dalam bentuk nitrat yang dapat digunakan untuk metabolisme Nepenthessp.
BAB III
PENUTUP