Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Langit Laut

6 Januari 2025   23:58 Diperbarui: 6 Januari 2025   23:58 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku adalah Langit,
Katamu tanpa jeda.
Biru di siang, kelam di malam, tak tergapai tangan manusia.
Namun aku membalas:
Aku Laut, biru yang lebih dalam, gelap tanpa ujung, dan selalu menyentuh dasar.

Lalu kau bertanya,
Tapi apa gunamu, Laut? Selalu gelisah dalam pasang dan surut.
Aku tersenyum getir,
Tanpaku, siapa yang mencerminkan wajahmu, Langit? Siapa yang membawa alirmu kembali ke bumi?

Kau hanya bayanganku, pantulan tak sempurna,
ujarmu, keras tapi ragu.
Aku cahaya siang, aku pelipur malam, aku di atas segalanya.
Namun aku berkata,
Tanpa aku, kau tak lebih dari kehampaan yang sunyi.

Kita berbeda, katamu lagi,
Tak ada ujung yang menyentuh awal.
Aku menjawab lembut,
Tapi lihatlah horizon itu, Langit. Di sanalah aku dan kau bersatu.

Langit terdiam.
Ia tahu---bahkan yang bertolak belakang
butuh menyapa, butuh mengerti.
Laut mengalun.
Ia paham---bahkan yang terlihat tak tergapai
tetap berbagi, tetap melengkapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun