Pernahkah sahabat kompasiana merasa badan mulai protes, padahal umur masih di bawah 30? Pegal di pundak, tidur tak nyenyak, kepala nyut-nyutan, dan rasanya energi habis bahkan sebelum hari dimulai. Fenomena ini sering disebut remaja jompo---istilah gaul untuk menggambarkan kondisi fisik anak muda yang mulai menua sebelum waktunya. Ironisnya, semua ini sering kali datang dari ambisi kita sendiri: mengejar karier, membangun nama, dan mencari "kesuksesan" di kota besar.
Tapi, pernahkah terlintas pertanyaan, apa artinya semua itu kalau badan dan pikiran sudah tak sanggup lagi?
Antara Impian dan Kenyataan
Kita semua punya mimpi. Bekerja di perusahaan besar, naik jabatan, punya karier cemerlang, atau bahkan membangun bisnis sendiri. Terutama di kota besar, persaingan terasa seperti maraton tanpa garis finish. Kita diajarkan bahwa bekerja keras adalah jalan menuju kesuksesan, dan sering kali "hard work pays off" menjadi mantra sehari-hari.
Namun, ada harga yang harus dibayar. Kerja lembur, kurang tidur, skip makan sehat, hingga waktu istirahat yang minim membuat tubuh kita pelan-pelan menyerah. Tak jarang, rutinitas ini justru menciptakan generasi muda yang secara fisik terlihat bugar, tetapi secara mental dan emosional kelelahan.
Apa yang Salah?
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan ambisi. Masalahnya adalah cara kita mengejarnya. Di era serba cepat ini, ada tekanan besar untuk selalu produktif. "Kalau nggak sibuk, berarti nggak maju," begitu kira-kira stigma yang sering muncul. Alhasil, banyak dari kita yang merasa bersalah ketika mengambil waktu untuk istirahat atau menikmati hidup.
Namun, manusia bukan mesin. Tubuh dan pikiran kita punya batasan. Sayangnya, batasan ini sering kali diabaikan demi target-target yang terlihat bagus di atas kertas.
Kualitas Hidup yang Terlupakan
Ketika kita terlalu fokus pada karier, kualitas hidup sering jadi prioritas kedua. Padahal, kesehatan fisik dan mental adalah fondasi dari semua hal. Apa gunanya punya gaji besar atau posisi tinggi kalau setiap harinya kita merasa lelah, stres, dan kehilangan kebahagiaan?
Menurut penelitian, generasi muda saat ini justru memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya. Faktor utamanya adalah beban kerja yang berlebihan, ekspektasi sosial, dan kurangnya waktu untuk diri sendiri.
Dilema Kota Besar
Bagi banyak orang, pusat kota adalah tempat semua mimpi terwujud. Di sana ada peluang karier yang menjanjikan, koneksi yang luas, dan gaya hidup modern yang menarik. Tapi, ada sisi gelapnya. Polusi, kemacetan, biaya hidup tinggi, dan ritme kerja yang brutal bisa menguras energi.
Beberapa orang mungkin memilih untuk tetap tinggal di kota demi mimpi mereka, meskipun mereka tahu konsekuensinya. Namun, ada juga yang mulai mempertimbangkan untuk kembali ke kota kecil atau bahkan mencari pekerjaan yang lebih santai.
Menemukan Keseimbangan
Pertanyaannya, apakah kita harus memilih antara karier dan kualitas hidup? Atau, mungkinkah keduanya berjalan seiring?
* Redefinisi Kesuksesan
Langkah pertama adalah mendefinisikan ulang apa arti sukses bagi diri sendiri. Sukses tidak selalu berarti posisi tinggi atau gaji besar. Sukses juga bisa berarti memiliki waktu untuk keluarga, menjaga kesehatan, atau merasa bahagia dengan pekerjaan kita.
* Mengatur Prioritas
Buat daftar prioritas. Apa yang benar-benar penting dalam hidupmu? Apakah itu karier, kesehatan, keluarga, atau waktu untuk diri sendiri? Dengan memahami apa yang paling berarti, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak.
* Manajemen Waktu
Belajar mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak mendukung tujuan utama kita. Gunakan waktu dengan bijak dan jangan ragu untuk mengambil jeda saat tubuh atau pikiran membutuhkan.
* Memilih Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan kerja yang sehat adalah kunci. Pilih tempat kerja yang menghargai keseimbangan hidup, memberikan ruang untuk berkembang, tetapi juga peduli pada kesejahteraan karyawannya.
* Jangan Lupa Bersyukur
Terkadang, kita terlalu fokus pada apa yang belum kita capai sehingga lupa bersyukur atas apa yang sudah kita miliki. Ingat, kebahagiaan tidak selalu datang dari pencapaian besar, tetapi juga dari hal-hal kecil dalam hidup.
Hidup Itu Maraton, Bukan Sprint
Pada akhirnya, hidup adalah tentang menemukan keseimbangan. Mengejar mimpi itu penting, tetapi jangan sampai kita kehilangan diri sendiri dalam prosesnya. Jadilah ambisius, tapi tetap realistis. Dengarkan tubuh dan pikiranmu, karena merekalah aset terbesarmu.
Jadi, sudahkah kamu menemukan cara untuk tetap mengejar impian tanpa mengorbankan kualitas hidup? Jika belum, mungkin sekarang saatnya untuk berhenti sejenak, merenung, dan mulai membuat keputusan yang lebih baik untuk dirimu sendiri.
Semoga bermanfaat
F. Dafrosa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H