Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Rapot Dibagikan: Momen untuk Menghargai Proses, Bukan Hanya Hasil

12 Desember 2024   18:34 Diperbarui: 12 Desember 2024   18:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembagian Rapot - dokpri

Pernahkah sahabat kompasiana bertanya-tanya, apa sebenarnya makna dari angka-angka di rapot anak kiya? Apakah mereka benar-benar mencerminkan usaha, perjuangan, atau hanya hasil akhir yang tertulis tanpa cerita di baliknya? Saat rapot dibagikan, banyak dari kita yang refleks melihat kolom nilai, lalu membandingkannya---baik dengan ekspektasi kita sendiri maupun dengan anak lain. Tapi, seberapa sering kita benar-benar duduk dan berbicara dengan anak tentang perjalanan belajar mereka?

Rapot, bagi banyak orang tua, sering kali menjadi tolok ukur utama keberhasilan anak di sekolah. Namun, mari kita berhenti sejenak. Apakah adil jika semua kerja keras selama satu semester hanya dilihat dari angka-angka? Bukankah proses belajar itu sendiri jauh lebih penting dari hasil akhir?

Rapot: Lebih dari Sekadar Angka

Setiap nilai di rapot memiliki cerita. Misalnya, nilai 75 di Matematika mungkin terlihat biasa saja. Namun, apakah kita tahu bahwa angka itu bisa jadi adalah hasil dari perjuangan anak mengatasi rasa takut terhadap pelajaran tersebut? Atau nilai 90 di Bahasa Indonesia mungkin terlihat luar biasa, tetapi apakah anak kita menikmatinya atau justru merasa tertekan untuk mendapatkan angka tersebut?

Memahami bahwa nilai hanyalah sebagian kecil dari gambaran besar proses belajar anak adalah langkah pertama untuk menjadi orang tua yang mendukung pertumbuhan mereka secara holistik. Rapot bukan hanya dokumen akademik, melainkan cermin dari perjalanan anak selama satu semester---dengan segala tantangan, kegembiraan, dan pelajaran yang mereka hadapi.

Menghargai Proses, Bukan Sekadar Hasil

Sebagai orang tua, sering kali kita terjebak pada pola pikir hasil (outcome-oriented). Misalnya, "Nilai 80 ke atas, bagus. Di bawah itu, kurang." Namun, fokus semata pada hasil tanpa memperhatikan proses justru bisa membuat anak kehilangan motivasi belajar. Anak-anak yang merasa usahanya tidak dihargai hanya karena nilai akhirnya tidak sesuai harapan, bisa jadi mulai belajar untuk menyenangkan orang tua, bukan karena keinginan mereka sendiri.

Sebaliknya, jika kita mulai menghargai proses, anak-anak akan lebih percaya diri menghadapi tantangan berikutnya. Misalnya, katakanlah anak kita mendapat nilai 60 di IPA. Daripada langsung menunjukkan kekecewaan, coba tanyakan, "Apa yang menurut kamu sulit di IPA?" atau "Apa yang bisa kita lakukan agar kamu lebih paham?" Dengan begitu, anak tidak hanya merasa didengar, tetapi juga mendapatkan solusi yang membangun.

Diskusi Bersama Anak: Mencari yang Sudah Baik dan yang Perlu Diperbaiki

Momen penerimaan rapot adalah waktu yang tepat untuk berdiskusi dengan anak tentang perjalanan mereka selama satu semester. Alih-alih menghakimi, jadikan rapot sebagai alat untuk refleksi bersama. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dicoba:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun