Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dikit-Dikit Panggil Tukang: Kebiasaan atau Keperluan?

29 November 2024   00:05 Diperbarui: 29 November 2024   00:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/wood-working-plane-carpentry-wood-2385634/


Pernah nggak sih, saat keran bocor sedikit atau pintu macet, kita langsung berpikir, “Panggil tukang aja deh!”? Kalau iya, mungkin sahabat kompasiana tidak sendirian. Di zaman yang serba praktis seperti sekarang, memanggil tukang untuk hal-hal kecil sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar orang. Tapi sebenarnya, ini kebiasaan atau memang kebutuhan? 

Praktis atau Malas?

Bayangkan ini: Kita sedang asyik menikmati akhir pekan di rumah, lalu tiba-tiba ada lampu kamar yang mati. Skenario pertama, kita langsung membuka YouTube, mencari tutorial, mengambil obeng, dan mencoba memperbaikinya sendiri. Skenario kedua, kita membuka aplikasi jasa, memilih tukang, dan masalah selesai dalam hitungan jam. Nah, mana yang lebih sering dipilih?

Kenyataannya, banyak dari kita cenderung memilih opsi kedua. Alasan utamanya sederhana: efisiensi waktu dan hasil yang lebih pasti. Tapi di balik itu, ada stigma yang diam-diam tumbuh, yaitu “buat apa repot kalau ada yang bisa mengerjakan?” Pertanyaannya, apakah ini bentuk kemalasan atau memang bentuk prioritas modern?

Kebutuhan Zaman Modern

Di kota-kota besar, memanggil tukang adalah solusi yang sangat logis. Kita hidup di era serba cepat, di mana waktu dianggap lebih berharga daripada uang. Bekerja seharian, menghadapi kemacetan, dan tetap harus memenuhi kebutuhan rumah tangga sering kali membuat tenaga dan waktu terasa sangat terbatas. Jadi, memanggil tukang untuk memperbaiki keran bocor atau pintu rusak menjadi keputusan yang praktis.

Namun, pola ini tidak hanya muncul karena gaya hidup yang sibuk. Layanan jasa tukang sekarang lebih mudah diakses. Aplikasi seperti Gojek, Grab, atau aplikasi khusus seperti Sejasa dan Tukang.id menawarkan berbagai layanan rumah tangga hanya dengan beberapa klik. Jadi, kenapa harus repot mencoba sendiri kalau ada yang bisa melakukannya lebih cepat dan profesional?

Generasi yang Kurang Terampil?

Di sisi lain, kebiasaan ini memunculkan kekhawatiran bahwa generasi saat ini makin kehilangan keterampilan dasar memperbaiki sesuatu. Coba ingat, ayah atau kakek kita dulu pasti punya kotak peralatan lengkap di rumah dan selalu siap sedia memperbaiki apa saja, mulai dari keran bocor hingga lampu mati.

Sekarang, situasinya sedikit berbeda. Banyak dari kita bahkan tidak tahu cara menggunakan kunci inggris atau bedanya obeng plus dan minus. Hal ini bisa jadi karena perubahan pola pendidikan atau karena kemudahan akses terhadap layanan jasa. Apa pun alasannya, keterampilan dasar seperti ini pelan-pelan tergerus.

Ketika Memanggil Tukang Itu Penting

Meski begitu, ada situasi di mana memanggil tukang bukan hanya kebiasaan, tetapi keharusan. Misalnya, ketika menyangkut pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus seperti pemasangan listrik, perbaikan atap, atau renovasi besar.

Pekerjaan semacam ini tidak hanya membutuhkan alat-alat yang mungkin tidak kita miliki, tetapi juga pengetahuan dan pengalaman agar hasilnya aman dan tahan lama. Memaksakan diri melakukannya tanpa keterampilan yang memadai justru bisa memperparah kerusakan atau bahkan membahayakan diri sendiri.

Selain itu beberapa orang memilih memanggil tukang sebagai bentuk dukungan terhadap ekonomi lokal. Tukang sering kali menjadi penyelamat ekonomi keluarga di kelas menengah ke bawah, sehingga menggunakan jasa mereka adalah cara untuk membantu sesama.

Seperti apa yang dikatakan ibu saya:
"Saya sebenarnya bisa pasang paku sendiri, tapi kalau bayar tukang, saya merasa ikut membantu mereka dapat penghasilan.”

Keuntungan Memperbaiki Sendiri

Namun, bukan berarti kita harus bergantung sepenuhnya pada jasa tukang. Ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan jika mencoba memperbaiki sendiri, antara lain:

• Menghemat Biaya
Tidak perlu membayar jasa tukang berarti lebih banyak uang yang bisa dihemat. Terkadang, masalah kecil seperti engsel pintu longgar bisa diselesaikan hanya dengan obeng dan sedikit pelumas.

• Menambah Keterampilan
Setiap kali kita mencoba memperbaiki sesuatu sendiri, kita belajar keterampilan baru yang bisa berguna di masa depan. Selain itu, ada kepuasan tersendiri saat berhasil menyelesaikan masalah tanpa bantuan.

• Meningkatkan Kemandirian
Memperbaiki hal-hal kecil sendiri bisa menjadi cara untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian. Kita jadi tidak mudah panik saat ada masalah kecil di rumah.

Kapan Sebaiknya Memanggil Tukang?

Lalu, kapan sebaiknya kita memanggil tukang? Berikut beberapa pertimbangan yang bisa menjadi panduan:

• Jika kerusakan membutuhkan peralatan atau keahlian khusus.

• Jika risiko memperbaiki sendiri terlalu besar, seperti menangani listrik atau gas.

• Jika kita benar-benar tidak punya waktu atau energi untuk melakukannya sendiri.

Keseimbangan Antara Kebiasaan dan Keperluan

Pada akhirnya, memanggil tukang bukanlah kebiasaan buruk selama dilakukan dengan alasan yang tepat. Tapi ada baiknya juga untuk tidak sepenuhnya bergantung pada jasa tukang, terutama untuk hal-hal kecil yang sebenarnya bisa kita tangani sendiri.

Jadi, bagi tim dikit-dikit panggil tukang atau tim coba sendiri dulu hal yang pasti, baik memanggil tukang maupun memperbaiki sendiri, keduanya adalah pilihan yang sah selama dilakukan dengan bijak. Yang penting, rumah tetap nyaman dan kita tetap merasa tenang.

Semoga bermanfaat

F. Dafrosa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun