Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembalinya Ujian Nasional, Pembentuk Mental Tangguh dan Daya Juang Siswa

13 November 2024   10:04 Diperbarui: 13 November 2024   10:04 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah sahabat kompasiana bertanya-tanya, kenapa sih ujian seperti Ujian Nasional (UN) kembali dihadirkan di sekolah? Apa nggak kasihan, ya, siswa harus menghadapi tekanan ujian besar lagi?

Pertanyaan ini wajar muncul, terutama bagi siswa, orang tua, bahkan guru yang dulu sempat merasa lega ketika UN sempat dihapus. Namun, apakah memang UN hanya sebatas "beban" bagi siswa, atau justru ada nilai penting di baliknya?

Ujian Nasional: Bukan Sekadar Penilaian

Dari sudut pandang pendidikan, UN bukan sekadar alat ukur nilai akademis siswa di akhir masa sekolah. Lebih dari itu, UN bisa dianggap sebagai "latihan mental" yang mempersiapkan siswa menghadapi berbagai tantangan besar dalam hidup. Ujian seperti UN menjadi momen bagi siswa untuk mengasah daya juang dan ketangguhan mental mereka.

Tidak sedikit siswa yang merasa kewalahan menghadapi UN. Namun, di sisi lain, ada pelajaran penting yang sering terlupakan: bagaimana kita berusaha keras menghadapi sesuatu yang besar, menantang, dan kadang membuat cemas. Tantangan inilah yang, secara tidak langsung, bisa membantu membentuk mental kuat dan daya juang yang tangguh pada siswa yang kelak menjadi modal penting dalam menjalani kehidupan. Berikut adalah beberapa hal yang bisa didapat di balik kata 'Ujian Nasional':

1. Menuntut Ketekunan di Tengah Jenuh

Persiapan UN memang tidak seperti ujian harian atau ulangan mingguan. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan bagi siswa untuk memahami berbagai materi dari semua mata pelajaran yang diujikan. Ketekunan menjadi kunci dalam persiapan ini. Bagaimana tidak? Para siswa harus terus mengulang materi yang terkadang terasa membosankan, mengerjakan latihan soal yang tak terhitung jumlahnya, bahkan harus merelakan waktu bermain dan bersantai demi memperbaiki pemahaman.

Namun, dari sinilah ketekunan mereka terasah. Ketika seseorang terus berusaha, meskipun dalam kondisi jenuh, secara perlahan karakter yang gigih mulai terbentuk. Mereka belajar bahwa untuk mencapai hasil maksimal, usaha keras harus dilakukan secara konsisten, tanpa memandang kondisi dan mood. Meskipun terasa melelahkan, perjalanan ini mengajarkan kepada mereka bahwa setiap usaha tidak akan sia-sia. Ketika hasil UN nantinya memuaskan, rasa bangga karena berhasil melalui proses yang penuh tantangan ini akan menjadi pengalaman yang mengesankan dan tak terlupakan.

 2. Disiplin yang Dilatih Sehari-hari

Selain ketekunan, disiplin menjadi nilai utama yang dibentuk selama persiapan UN. Bayangkan saja, siswa harus membagi waktu dengan cermat antara belajar, berlatih soal, istirahat, dan aktivitas lainnya. Mereka harus mengatur jadwal belajar dengan baik, menyiapkan strategi untuk menaklukkan semua mata pelajaran, dan memastikan mereka memiliki waktu cukup untuk memahami setiap konsep.

Disiplin ini tidak hanya berlaku di sekolah, tetapi juga di rumah. Para siswa yang biasanya menghabiskan sore untuk bermain, kini mulai mengalokasikan waktu untuk belajar mandiri atau mengikuti bimbingan belajar. 

Orang tua dan guru mungkin terus mengingatkan pentingnya disiplin dalam belajar, namun sebenarnya, dorongan terbesar untuk berdisiplin adalah dari diri siswa sendiri. Mereka tahu bahwa tanpa disiplin, tujuan mereka untuk mendapatkan hasil UN yang baik mungkin sulit tercapai.

Lebih jauh, kedisiplinan yang mereka latih selama persiapan UN tidak hanya berguna dalam dunia pendidikan. Kebiasaan ini akan menjadi modal berharga dalam kehidupan mereka, baik dalam menghadapi tantangan di dunia kerja, mengatur keuangan, hingga dalam membangun hubungan sosial. Disiplin adalah fondasi yang kuat untuk meraih segala sesuatu dalam kehidupan.

3. Komitmen: Belajar Bertanggung Jawab Atas Pilihan Sendiri

Komitmen adalah sesuatu yang sering kali sulit dipertahankan, terutama bagi siswa yang hidup dalam era modern yang penuh dengan distraksi. Dengan adanya media sosial, game online, dan berbagai kegiatan menarik lainnya, mempertahankan fokus belajar untuk persiapan UN bukanlah hal yang mudah. Namun, di sinilah para siswa belajar untuk berkomitmen terhadap tujuan yang mereka tetapkan sejak awal.

Mereka mulai menyadari bahwa jika ingin sukses, mereka perlu berpegang pada komitmen yang sudah mereka buat. Setiap pilihan yang diambil, termasuk keputusan untuk serius belajar atau mengabaikannya, adalah keputusan pribadi yang harus dipertanggungjawabkan sendiri. 

Dengan memegang teguh komitmen ini, siswa belajar untuk menghadapi konsekuensi dari setiap tindakan mereka, sesuatu yang sangat bermanfaat ketika mereka memasuki dunia orang dewasa di mana mereka harus bertanggung jawab atas segala pilihan hidup.

4. Daya Juang dan Kemampuan Mengatasi Tekanan

Tidak dapat dipungkiri, persiapan dan pelaksanaan UN menciptakan tekanan bagi siswa. Mulai dari tekanan akademis untuk memahami semua materi, tekanan sosial dari teman sebaya yang saling berkompetisi, hingga tekanan dari orang tua yang berharap anak-anak mereka berhasil. Dalam proses ini, daya juang siswa benar-benar diuji.

Tekanan ini pada akhirnya mengajarkan siswa cara menghadapi stres dan kecemasan. Mereka mulai memahami pentingnya menjaga kesehatan mental, mengenali batas kemampuan mereka, dan belajar untuk tidak menyerah di tengah jalan. Hal ini membentuk mereka menjadi individu yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan di luar sekolah.

Setiap kali mereka berhasil menyelesaikan sesi belajar yang berat atau menyelesaikan soal yang sulit, rasa percaya diri mereka akan semakin meningkat. Mereka merasa mampu menaklukkan berbagai kesulitan, bahkan di bawah tekanan. Pengalaman ini penting, karena di dunia nyata, seringkali tekanan menjadi bagian tak terpisahkan dari pekerjaan atau tanggung jawab yang harus mereka emban.

5. Persiapan UN dan Kemampuan Mengatur Waktu

Saat UN semakin dekat, siswa belajar untuk menghargai waktu dan memanfaatkannya seefektif mungkin. Kemampuan manajemen waktu ini sangat berguna, terutama ketika mereka harus memilih antara belajar, beristirahat, atau melakukan aktivitas lain.

Melalui persiapan UN, mereka belajar untuk membuat prioritas, menghindari prokrastinasi, dan menyusun jadwal belajar yang optimal. Kemampuan ini adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan profesional dan pribadi. Siswa yang mampu mengatur waktu dengan baik akan memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan berbagai aspek kehidupan mereka, yang tentunya akan sangat berguna di masa depan.

6. Proses Persiapan yang Membangun Mental Tangguh

Proses persiapan UN adalah sebuah "perjuangan." Ketika menjalani latihan soal demi soal, mengulang materi yang sama berkali-kali, dan merasa harus "bertahan hidup" selama bulan-bulan penuh belajar intensif, pada kenyataannya mereka sedang membangun ketangguhan mental.

Pengalaman ini mengajarkan mereka bahwa kesuksesan tidak datang dengan instan. Mereka belajar bahwa untuk mencapai sesuatu yang besar, mereka harus melalui berbagai proses yang kadang terasa berat. Hal ini menanamkan sikap tangguh, di mana siswa menjadi lebih mampu menghadapi berbagai rintangan di luar pendidikan formal.

UN Sebagai Bentuk Evaluasi yang Terukur

Ada banyak kritik terhadap UN sebagai alat penilaian standar, tapi penting untuk diingat bahwa evaluasi seperti ini juga membantu melihat sejauh mana kualitas pendidikan yang diberikan. UN memberi gambaran tentang kemampuan dasar siswa dalam bidang tertentu, yang menjadi acuan bagi pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan.

Selain itu, UN memungkinkan guru dan sekolah mengevaluasi metode pengajaran mereka. Melalui hasil UN, sekolah bisa mengetahui mata pelajaran mana yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran, sehingga tidak hanya sekadar mengajarkan siswa untuk "lulus ujian," tetapi juga memastikan mereka memahami dasar ilmu yang akan berguna ke depannya.

 Dukungan Orang Tua dan Guru: Kunci Keberhasilan Siswa

Tidak hanya siswa yang perlu persiapan mental. Orang tua dan guru juga memiliki peran penting dalam mendampingi siswa menghadapi UN. Dukungan emosional dari orang tua dan bimbingan akademis dari guru menjadi fondasi yang memperkuat siswa.

Guru berperan membantu siswa menyiapkan strategi belajar yang tepat, memberikan motivasi, dan memberikan latihan yang relevan. Sementara itu, orang tua bisa memberikan semangat, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan mengurangi beban psikologis siswa di rumah. Kombinasi peran orang tua dan guru yang saling mendukung inilah yang bisa mengubah pengalaman UN menjadi proses pembelajaran yang positif.

 Meraih Prestasi, Mengasah Rasa Percaya Diri

Tidak dapat dipungkiri, ketika siswa berhasil melewati UN dengan hasil baik, rasa bangga dan percaya diri mereka akan meningkat. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa mereka mampu mengatasi tantangan besar. Pengalaman ini akan mereka bawa ke kehidupan selanjutnya, sebagai pengingat bahwa mereka pernah menghadapi tantangan berat dan berhasil melewatinya.

Bagi beberapa siswa, keberhasilan di UN bisa menjadi motivasi untuk terus berprestasi, baik di sekolah maupun di bidang lain. Rasa percaya diri yang terbangun dari keberhasilan kecil ini memberi mereka keyakinan untuk bermimpi lebih besar dan menghadapi tantangan dengan optimisme.

 Tantangan yang Terus Berubah, Namun Semangat Tetap

Di masa depan, bentuk UN mungkin akan terus berkembang mengikuti zaman. Bisa jadi, UN tidak hanya mengukur kemampuan akademis, tapi juga keterampilan-keterampilan lain seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, atau kerja sama tim.

Apa pun bentuk UN nanti, mentalitas tangguh dan semangat pantang menyerah tetap akan menjadi modal utama siswa dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.

Sebagai masyarakat, mari kita tidak hanya melihat UN sebagai "beban" bagi siswa, tetapi sebagai salah satu bentuk persiapan mental yang penting. Dengan dukungan, bimbingan, dan pengertian dari kita semua, UN bisa menjadi momen bagi siswa untuk menemukan potensi terbaik mereka dan menjadi individu yang lebih siap menghadapi dunia.

Jadi, sudah siapkah kita mendampingi siswa menghadapi UN dengan semangat dan optimisme baru?

salam literasi

F. Dafrosa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun