Guru berperan membantu siswa menyiapkan strategi belajar yang tepat, memberikan motivasi, dan memberikan latihan yang relevan. Sementara itu, orang tua bisa memberikan semangat, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan mengurangi beban psikologis siswa di rumah. Kombinasi peran orang tua dan guru yang saling mendukung inilah yang bisa mengubah pengalaman UN menjadi proses pembelajaran yang positif.
 Meraih Prestasi, Mengasah Rasa Percaya Diri
Tidak dapat dipungkiri, ketika siswa berhasil melewati UN dengan hasil baik, rasa bangga dan percaya diri mereka akan meningkat. Prestasi ini menjadi bukti nyata bahwa mereka mampu mengatasi tantangan besar. Pengalaman ini akan mereka bawa ke kehidupan selanjutnya, sebagai pengingat bahwa mereka pernah menghadapi tantangan berat dan berhasil melewatinya.
Bagi beberapa siswa, keberhasilan di UN bisa menjadi motivasi untuk terus berprestasi, baik di sekolah maupun di bidang lain. Rasa percaya diri yang terbangun dari keberhasilan kecil ini memberi mereka keyakinan untuk bermimpi lebih besar dan menghadapi tantangan dengan optimisme.
 Tantangan yang Terus Berubah, Namun Semangat Tetap
Di masa depan, bentuk UN mungkin akan terus berkembang mengikuti zaman. Bisa jadi, UN tidak hanya mengukur kemampuan akademis, tapi juga keterampilan-keterampilan lain seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, atau kerja sama tim.
Apa pun bentuk UN nanti, mentalitas tangguh dan semangat pantang menyerah tetap akan menjadi modal utama siswa dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.
Sebagai masyarakat, mari kita tidak hanya melihat UN sebagai "beban" bagi siswa, tetapi sebagai salah satu bentuk persiapan mental yang penting. Dengan dukungan, bimbingan, dan pengertian dari kita semua, UN bisa menjadi momen bagi siswa untuk menemukan potensi terbaik mereka dan menjadi individu yang lebih siap menghadapi dunia.
Jadi, sudah siapkah kita mendampingi siswa menghadapi UN dengan semangat dan optimisme baru?
salam literasi
F. Dafrosa