Membaca Sebagai Pelarian dari Dunia Digital
Ironisnya, BookTok di TikTok---platform yang sering dianggap sebagai simbol digitalisasi tanpa batas---telah membantu menciptakan minat membaca yang sebenarnya adalah aktivitas non-digital. Di tengah era yang penuh informasi cepat, BookTok menawarkan alternatif yang memperlambat laju kehidupan. Anak muda menemukan kenyamanan di dunia yang lebih pelan, reflektif, dan mendalam melalui halaman-halaman buku.Â
Ketika hidup sehari-hari penuh dengan tekanan, buku menjadi bentuk pelarian emosional dan mental yang sangat dicari. Apalagi, banyak pengguna BookTok yang berbagi cerita tentang bagaimana membaca buku membantu mereka mengatasi stress, kecemasan, atau bahkan menjadi teman kala merasa kesepian. Ini membuat aktivitas membaca bukan sekadar hobi, tetapi juga mekanisme coping yang bisa menenangkan pikiran.
Penerbit Buku dan Penulis: Berkah atau Tantangan?
Fenomena BookTok ternyata berdampak besar terhadap industri perbukuan. Di tengah kabar bahwa minat baca generasi muda menurun, BookTok justru membawa angin segar. Penerbit dan penulis mulai menyadari pentingnya kehadiran mereka di TikTok untuk menarik pembaca baru. Bahkan, beberapa penulis menjadi terkenal karena karya mereka viral di BookTok, seperti Ali Hazelwood dengan bukunya The Love Hypothesis yang awalnya hanya dikenal di kalangan terbatas sebelum TikTok membawanya ke audiens yang lebih luas.
Namun, fenomena ini juga membawa tantangan. Tidak sedikit penulis yang merasa tekanan untuk memenuhi ekspektasi "viral" dan menjaga relevansi di dunia BookTok yang bergerak cepat. Ada penulis yang akhirnya menulis khusus untuk memenuhi selera komunitas, atau penerbit yang lebih berfokus pada buku-buku dengan potensi viral ketimbang kualitas literer. Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa BookTok menjadi jembatan yang mempertemukan penulis dengan audiens baru yang siap merayakan karya mereka.
Apakah BookTok Menjanjikan Masa Depan yang Lebih Baik untuk Dunia Literasi?
Pertanyaan besar berikutnya, apakah BookTok sekadar tren sesaat atau menjadi awal dari kebangkitan literasi digital yang berkelanjutan? Saat ini, BookTok sudah berhasil membuktikan bahwa membaca tetap relevan di kalangan anak muda. Bahkan, beberapa perpustakaan dan toko buku besar telah menandai rak-rak mereka dengan "BookTok Recommends" atau "As Seen on TikTok" sebagai cara untuk menarik pengunjung.
Selain itu, BookTok membawa keberagaman ke dalam dunia literasi. Buku-buku dari berbagai genre dan penulis dari latar belakang yang beragam mendapatkan kesempatan lebih besar untuk dikenal, sehingga menciptakan dunia literasi yang inklusif. Anak muda yang sebelumnya tidak pernah mendengar kisah-kisah dari berbagai sudut pandang kini menjadi lebih terbuka terhadap budaya dan ide-ide baru.
Di sisi lain, kita perlu menyadari bahwa BookTok juga memiliki keterbatasan. Misalnya, format video singkat tidak memungkinkan untuk diskusi yang mendalam, sehingga pembahasan buku sering kali hanya sampai pada permukaan. Ada risiko bahwa beberapa pembaca lebih tertarik pada tren atau kepopuleran daripada substansi buku itu sendiri. Namun, mungkin ini adalah harga yang layak untuk dibayar demi membangun kembali minat baca di kalangan anak muda.
Dari Layar ke Halaman, Sebuah Perjalanan Baru