Coba bayangkan, di antara video-video yang dipenuhi tarian, komedi, dan life hacks, tiba-tiba muncul seorang pemuda atau pemudi dengan wajah penuh antusiasme memegang buku favoritnya, berbicara dengan semangat tentang cerita yang membuat mereka tertawa, menangis, bahkan terjaga semalaman. Pertanyaannya, kok bisa, sih, anak muda zaman sekarang, yang dibilang generasi layar, mendadak kembali tertarik membaca? Apa sih rahasianya TikTok atau yang lebih tepatnya, 'BookTok'?
TikTok dan Fenomena 'BookTok': Sebuah Ledakan Baru di Dunia Literasi
'BookTok' adalah sebutan untuk komunitas di TikTok yang khusus membahas dunia buku. Dengan tagar #BookTok yang telah mencapai miliaran tayangan, fenomena ini ternyata menjadi semacam oasis bagi mereka yang rindu dunia literasi, sekaligus membuka pintu bagi banyak orang, terutama anak muda, untuk mengenal keseruan membaca. BookTok tidak sekadar mempromosikan buku-buku biasa, tapi juga memberikan pengalaman emosional, sensasi cerita, hingga spekulasi karakter yang memicu rasa ingin tahu.
Pada platform yang kerap dianggap sebagai tempat untuk hiburan cepat, BookTok hadir dengan pendekatan segar. Melalui video-video singkat berdurasi 15 hingga 60 detik, para pengguna mampu membagikan pendapat, rekomendasi, hingga kesan mereka tentang buku yang dibaca, dari yang terbaru hingga klasik. Inilah kekuatan BookTok: menyampaikan kenikmatan membaca dalam format yang sederhana dan relatable.
Bagaimana TikTok Mengubah Cara Kita Memandang Buku?
Salah satu alasan mengapa BookTok begitu menarik adalah gaya komunikasi yang lugas dan intim. Ketika seseorang berbicara tentang sebuah buku di BookTok, mereka tidak hanya sekadar menyampaikan sinopsis atau ulasan biasa. Sebaliknya, mereka menceritakan pengalaman personal, emosi, bahkan memvisualisasikan karakter dalam buku seolah-olah sedang bertemu sahabat lama. Anak muda yang mungkin selama ini merasa bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan atau ketinggalan zaman, menjadi tertarik karena ada sisi sosial yang dibangun. Mereka tidak hanya membaca sendirian, tetapi merasakan bagaimana membaca bisa menyatukan orang-orang dengan selera yang sama.
BookTok juga membuat genre-genre tertentu menjadi viral. Contohnya, novel bertema romansa remaja atau 'Young Adult' (YA), fiksi ilmiah, hingga kisah-kisah misteri yang penuh dengan plot twist mendadak mendominasi. Buku-buku seperti It Ends with Us karya Colleen Hoover atau The Song of Achilles karya Madeline Miller, yang mungkin sebelumnya hanya dikenal di kalangan pembaca setia, sekarang menjadi populer di kalangan anak muda berkat TikTok. Di Indonesia sendiri, novel lokal juga ikut populer, seperti karya Selena atau Garis Waktu yang ramai diperbincangkan.
Sosial dan Emosional: Kekuatan Komunitas di Balik BookTok
Fenomena BookTok menonjolkan pentingnya komunitas. Anak muda yang biasanya merasa enggan membaca karena takut terlihat "tidak keren," kini justru menemukan wadah di mana membaca dianggap keren, inspiratif, dan layak untuk dibanggakan. Setiap video yang mereka buat dan bagikan memberikan sensasi kedekatan, seolah-olah berbicara dengan teman.Â
Maka, tidak mengherankan jika banyak remaja dan dewasa muda menemukan 'tribe' mereka sendiri di BookTok. Mereka saling bertukar ide, teori, atau bahkan menulis ulang bagian cerita yang menurut mereka kurang pas. Para pengguna TikTok yang sebelumnya mungkin tak terlalu suka membaca, mulai mencoba membaca karena adanya "peer influence." Efek bola salju ini membuat tren membaca tidak hanya menjadi ajang memperluas wawasan, tetapi juga semacam gaya hidup yang melekat pada identitas mereka.