Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siswa SMP Tebar Karya di Kompasiana

12 Oktober 2024   11:37 Diperbarui: 12 Oktober 2024   12:54 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Berbicara tentang literasi di kalangan pelajar, terutama siswa SMP, bukanlah hal mudah. Umumnya, di dalam kelas, ajakan untuk menulis sering kali disambut dengan keluhan. Suara-suara tanya seperti "Bu, kalimat pertamanya gimana ya?" kerap terdengar saat guru meminta mereka berlatih menulis. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para guru bahasa Indonesia, yang berharap siswa-siswanya mampu menyampaikan ide, perasaan, dan opini mereka dalam bentuk tulisan. Maka, ketika kesempatan bagi siswa-siswa ini untuk mengikuti tantangan menulis 30 hari di Kompasiana muncul, saya pun merasa sedikit pesimis. Benarkah mereka akan tertarik? Apakah mereka akan mampu konsisten menulis selama sebulan penuh?

Namun, seiring berjalannya waktu, keraguan itu perlahan berubah menjadi kekaguman yang mendalam. Siapa sangka, di balik kebingungan saat di kelas, ternyata para siswa menyimpan kreativitas dan ide-ide liar yang hanya perlu dorongan yang tepat untuk keluar. Mereka pun mulai membuktikan diri dengan mengirimkan tulisan-tulisan mereka dalam berbagai kategori, mulai dari puisi, cerpen, cerbung, musik, inovasi, bahkan hingga topik politik. Kreativitas para siswa ini mengalir dengan lancar, menghasilkan karya-karya yang di luar dugaan.

Dari Skeptis Menjadi Antusias

Memulai hari pertama tantangan, tulisan-tulisan para siswa mungkin tampak sederhana, namun menunjukkan kegigihan yang luar biasa. Sebagian dari mereka mengaku awalnya bingung harus menulis apa. Namun, alih-alih menyerah, mereka mencoba mencari inspirasi dari hal-hal yang mereka alami sehari-hari. Tak jarang, mereka mengambil ide dari situasi sosial yang mereka amati, cerita teman-teman, atau bahkan dari pengalaman pribadi. Dalam proses ini, mereka tak hanya belajar menulis, tetapi juga belajar untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

Di hari-hari awal, tulisan mereka memang masih perlu banyak penyempurnaan, baik dari segi kaidah bahasa maupun struktur kalimat. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat mereka. Setiap hari, para siswa ini terus menulis dan memperbaiki diri. Sebuah proses yang menurut saya adalah pembelajaran yang jauh lebih berharga daripada sekadar mengejar kesempurnaan tulisan.

Beberapa di antara mereka menulis puisi yang penuh emosi, ada yang membuat cerpen dengan plot twist tak terduga, bahkan ada yang berani menuangkan pendapat kritis di topik-topik seperti politik, musik, dan inovasi. Mereka pun menulis cerbung (cerita bersambung) yang memikat pembaca untuk terus mengikuti tiap episode berikutnya.

Menariknya, beberapa tulisan mereka bahkan berhasil masuk dalam kategori terpopuler dan menjadi artikel pilihan di Kompasiana. Bagi siswa SMP yang baru memulai debutnya dalam dunia literasi digital, pencapaian ini terasa luar biasa. Terlepas dari kekurangan dalam tata bahasa atau ejaan, fakta bahwa mereka mampu menarik perhatian pembaca adalah prestasi yang patut diapresiasi. Berikut beberapa judul para siswa yang masuk artikel pilihan

5 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Bosan Supaya Lebih Produktif

Cerita di Balik "Hujan" -Tere Liye 

Romansa Bandung

Dari Layar ke Kertas

9 Tahun Persahabatan

Adikku yang Cengeng

Kamus Waifu 

Kekuatan Cerita The Blind Side

Xiaomi 14T

Berawal dari Sebuah Lukisan

Aku di Sore Itu


Hari ke-12: Semangat yang Masih Membara

Setelah melewati 12 hari tantangan menulis, antusiasme mereka tidak berkurang sedikit pun. Justru, mereka tampak semakin percaya diri dalam mengeksplorasi berbagai topik. Perjuangan untuk tetap konsisten dan komitmen pada tantangan ini membuat sang guru merasa haru. Tidak ada lagi pertanyaan seperti "Bu, kalimat pertamanya gimana ya?" yang sering mereka lontarkan. Sebaliknya, sekarang para siswa justru lebih sering bertanya, "Bagaimana caranya membuat pembaca tertarik sejak paragraf pertama?"

Setiap siswa memiliki kisah dan perjuangan masing-masing. Ada yang harus menyisihkan waktu di sela-sela kegiatan belajar atau ekskul, ada yang mencoba menulis sambil membantu orang tua di rumah, bahkan ada yang baru bisa menulis larut malam setelah menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Namun, apapun situasinya, semangat mereka untuk terus menulis tidak padam. Ini bukan hanya sekadar tantangan, tetapi telah menjadi bagian dari rutinitas yang mereka nikmati. Mereka mulai merasakan bahwa menulis bukan sekadar tugas, melainkan sebuah medium untuk mengekspresikan diri dan menyuarakan pemikiran.

Tantangan yang Mengajarkan Konsistensi dan Komitmen

Tantangan menulis 30 hari ini ternyata tidak hanya mengasah kemampuan literasi, tetapi juga melatih konsistensi dan komitmen para siswa. Di era digital yang penuh dengan distraksi, konsistensi menulis setiap hari merupakan pencapaian yang patut diacungi jempol. Tidak jarang mereka merasa jenuh atau kehabisan ide, namun mereka terus berusaha. Bahkan, beberapa siswa mulai melakukan riset sederhana untuk menambah wawasan sebelum menulis, suatu hal yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Apresiasi untuk Kompasiana

Kompasiana sebagai wadah yang inklusif bagi siapa saja untuk belajar dan berkarya di dunia literasi digital patut diapresiasi. Di platform ini, siswa-siswa dapat berlatih menulis dengan bebas, tanpa takut dinilai terlalu keras. Kompasiana berhasil menciptakan lingkungan yang ramah, di mana tulisan dari segala usia dan latar belakang dihargai.

Tidak hanya sebagai tempat menulis, Kompasiana juga menjadi media belajar bagi siswa-siswa ini. Mereka dapat membaca tulisan orang lain, mempelajari gaya bahasa, dan mencoba memahami sudut pandang yang berbeda. Proses ini tidak hanya memperkaya wawasan mereka, tetapi juga membuka pikiran dan mengembangkan empati.

Harapan di Tengah Perjalanan

Perjalanan menulis 30 hari ini masih belum selesai. Masih ada banyak hari yang harus dilalui, dan tantangan ini akan semakin menguji ketahanan dan semangat mereka. Namun, dengan pencapaian sejauh ini, para siswa merasa optimis dan bersemangat untuk terus menulis hingga hari terakhir. Mereka tidak lagi menulis demi menyelesaikan tantangan, tetapi demi menyuarakan diri mereka dan menjelajahi potensi yang belum pernah mereka sadari sebelumnya.

Bagi saya, tantangan menulis ini telah membuktikan bahwa, 

ketika diberikan kesempatan dan dorongan yang tepat, setiap siswa memiliki kemampuan untuk bersinar.

Kreativitas tidak dapat dipaksakan, tetapi dapat dikembangkan dengan cara-cara yang menyenangkan dan relevan.

Tantangan 30 hari ini adalah bukti bahwa dunia pendidikan harus terus berinovasi dalam metode pembelajaran, terutama dalam mengembangkan kemampuan literasi yang sangat penting di era informasi ini.

Sebagai penutup, mengajarkan literasi kepada generasi muda adalah sebuah proses panjang yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan dedikasi. Tantangan menulis 30 hari di Kompasiana ini menjadi langkah awal yang luar biasa bagi para siswa SMP K Kanaan Jakarta. Terlepas dari segala keterbatasan mereka, kegigihan dan komitmen yang mereka tunjukkan membuktikan bahwa literasi bukanlah hal yang sulit jika disertai dengan semangat dan dukungan yang tepat.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tentu perlu disampaikan kepada Kompasiana, yang telah menyediakan ruang bagi setiap orang, dari generasi muda hingga tua, untuk belajar berliterasi bersama. Semoga tantangan ini tidak hanya menjadi pengalaman sesaat bagi para siswa, tetapi menjadi awal dari perjalanan panjang mereka di dunia literasi yang penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun