4. Kebingungan dan Kurangnya PemahamanÂ
  Usia anak memengaruhi sejauh mana mereka dapat memahami pelecehan seksual. Anak kecil mungkin tidak memahami apa yang terjadi pada mereka, atau mereka mungkin menganggap bahwa tindakan tersebut adalah "normal" karena tidak diajarkan sebaliknya. Kurangnya pendidikan tentang batasan fisik yang sehat dan konsep persetujuan bisa membuat anak-anak tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban.
Maka melindungi anak-anak dari pelecehan seksual tidak hanya melibatkan pengawasan, tetapi juga pemberdayaan mereka sejak dini agar mampu mengidentifikasi situasi berbahaya dan melaporkannya. Lantas, bagaimana caranya mengajarkan anak berani speak up sejak dini? Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan orang tua untuk membantu anak melindungi diri dari pelecehan seksual.
1. Ciptakan Lingkungan Komunikasi yang Terbuka
Kunci utama agar anak merasa nyaman untuk berbicara tentang hal apapun, termasuk pelecehan, adalah menciptakan lingkungan komunikasi yang terbuka di rumah. Anak perlu merasa bahwa mereka dapat berbicara tanpa rasa takut akan dihakimi atau dimarahi. Salah satu cara terbaik adalah dengan melibatkan anak dalam diskusi harian. Tanyakan perasaan mereka, dengarkan keluhannya, dan hargai setiap cerita yang mereka bagikan.
Dengan demikian, anak-anak akan terbiasa untuk berbagi dan akan lebih mudah bagi mereka untuk mengutarakan hal-hal yang mungkin membuat mereka tidak nyaman, termasuk jika ada indikasi pelecehan.
Tips Praktis: Jadwalkan waktu khusus bersama anak setiap hari, di mana mereka dapat bercerita tentang kegiatan sehari-harinya. Jangan menyela saat mereka bercerita, dan tunjukkan minat yang tulus terhadap apa yang mereka sampaikan.
2. Ajarkan Tentang Batasan Tubuh
Anak-anak harus diajarkan bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri, dan tidak ada yang berhak menyentuh bagian tubuh pribadi mereka tanpa izin. Orang tua bisa mulai dengan mengenalkan konsep "batasan tubuh" atau **body boundaries** sejak usia dini. Jelaskan kepada anak bahwa ada bagian tubuh yang sifatnya pribadi, seperti area yang tertutup oleh pakaian renang, dan hanya boleh disentuh oleh orang-orang tertentu dalam konteks yang benar, seperti saat mandi atau diperiksa oleh dokter dengan pendampingan orang tua.
Dengan memahami konsep ini, anak-anak akan lebih peka jika ada orang yang berusaha melanggar batasan tersebut dan lebih berani melaporkannya.
Berdasarkan data dari National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), lebih dari 90% kasus pelecehan seksual pada anak dilakukan oleh seseorang yang dikenal korban. Ini menegaskan pentingnya anak mengetahui hak-hak mereka terhadap tubuh mereka sendiri.