Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Palsu

5 September 2024   00:01 Diperbarui: 5 September 2024   00:02 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan bilang begitu keras-keras," kata Nadia yang mendekat. "Kita kan aktor di sini, bukan pahlawan. Lagipula, amal ini hanyalah salah satu cara untuk tetap relevan, kan?"

Cinta muncul dengan senyum lebarnya, memegang ponselnya di depan mereka untuk selfie. "Ayo, ini momen besar kita! Jangan lupa senyum!"

Semuanya tersenyum ke kamera, tapi setelah foto diambil, ekspresi mereka kembali datar. Di balik layar, semua yang tampak sempurna dan penuh harmoni, ternyata hanya topeng untuk menutupi niat-niat tersembunyi yang licik.

**

Awal yang Menyimpan Rahasia

Acara amal besar yang disiarkan secara langsung ini sebenarnya bukan tentang amal sama sekali. Di balik senyuman dan tawa yang ditampilkan ke jutaan penonton, kelima influencer itu terlibat dalam persaingan sengit untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh dan sponsor.

Cinta, yang terlihat manis dan bersahabat, adalah mastermind dari semua trik licik di belakang layar, mulai dari membuat Nadia terlambat datang hingga merusak gaun Rio sebelum acara dimulai. Rio, dengan penampilan tenangnya, diam-diam berusaha merusak reputasi Arman dengan menyebarkan rumor palsu. Nadia, yang penuh gaya dan cerdas, menggunakan acara ini untuk meluncurkan bisnis barunya, tanpa peduli apakah itu akan merusak kesempatan teman-temannya. Dan Arman, yang tampak santai, menyimpan dendam pribadi pada semua orang di panggung itu, siap untuk menghancurkan mereka satu per satu.

Acara ini adalah arena bagi mereka untuk saling menjatuhkan, dan amal hanyalah kedok belaka. Namun, di depan kamera, mereka tetap tersenyum, berpose, dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah pahlawan modern. Penonton tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, atau seberapa jauh mereka akan pergi untuk memenangkan permainan ini.

Ketika layar benar-benar padam, tersisa hanya kekosongan... dan rasa ironi yang tajam.

**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun