Mengajarkan anak untuk lepas dari pemakaian pampers adalah salah satu tonggak penting dalam perkembangan mereka. Anak nursery, yang biasanya berusia 2-3 tahun, sering menunjukkan tanda-tanda siap untuk toilet training. Mereka mulai mengenali perasaan ingin buang air, bisa mengomunikasikannya, bahkan kadang menolak menggunakan pampers. Namun, tidak jarang yang terjadi justru sebaliknya: si kecil sudah siap, tetapi mamahnya yang belum. Seperti pengalaman ketika anak saya baru masuk nursery. Layaknya orang tua lain saat anak pulang sekolah saya selalu periksa apakah bekal makan dan air minumnya habis. Lalu saya tanya tadi main apa saja di kelas sembari memeriksa kondisi pampers yang dipakai. Betapa terkejutnya saat mengetahui anak saya tidak pakai pampers. Saya langsung tanya dengan panik dan mungkin sedikit histeris:
'kakak ke mana pampersnya?'Â
Anak saya menjawab polos dan santai 'dilepas sama mam, mah.'Â
'Oh, gitu.. ' pikiran saya sudah ke mana-mana.. bagaimana kalau tiba-tiba dia mau buang air kecil atau besar, aduh-aduh... lalu saya katakan 'sekarang setelah ganti baju pakai pampers lagi ya'
'kenapa mah pakai pampers lagi?'Â
Waduh, kakaaaak... jangan.. jangan sekarang mamah belum siap kata saya dalam hati.Â
Mengapa Mamah Belum Siap?
1. Takut Berantakan
  Toilet training adalah proses yang tidak instan. Di awal, sering kali anak belum sepenuhnya paham kapan mereka harus buang air kecil atau besar. Hal ini membuat para orang tua,  terutama mamah, termasuk saya khawatir rumah akan menjadi berantakan. Apalagi jika anak belum sepenuhnya bisa mengontrol buang airnya. Bahkan saat sedang berada di luar, mamah cemas akan adanya "kecelakaan" di tempat umum.
2. Kenyamanan dan Kepraktisan
  Pampers memberikan kenyamanan dan kepraktisan yang besar bagi orang tua. Saat sedang bepergian atau sibuk, pampers memudahkan orang tua karena tidak perlu buru-buru mencari toilet untuk anak. Melepas pampers berarti mamah harus lebih sigap dan siap menghadapi situasi darurat kapan saja. Mamah termasuk saya harus keluar dari zona nyaman.
3. Perasaan Belum Siap Secara Emosional
  Transisi dari pampers ke toilet juga bisa menjadi momen emosional. Bagi sebagian mamah, ini menandakan bahwa anak kita semakin besar dan lebih mandiri. Meski membanggakan, ini juga bisa menimbulkan perasaan takut kehilangan "bayi kecil" kita, sehingga membuat proses melepas pampers terasa sulit. Rasa-rasanya kok agak kurang rela ya menerima realita anak kita bertumbuh dan berkembang.
4. Perubahan rutinitasÂ
Melepaskan pampers berarti mengubah rutinitas harian yang sudah terbentuk dan perubahan ini bisa menimbulkan kecemasan.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?Â
Ini dia beberapa cara mengatasi ketidaksiapan mamah
1. Memahami Tanda-Tanda Kesiapan Anak
  Penting untuk mengakui bahwa setiap anak berbeda, dan beberapa anak mungkin siap lebih awal daripada yang lain. Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan seperti tertarik pada toilet, bisa menyampaikan kapan mereka ingin buang air atau pampers mereka tetap kering lebih lama dan ini kadang terjadi pada anak saya. Ternyata itu adalah sinyal bahwa mereka siap untuk langkah berikutnya.
2. Mengatur Ekspektasi Realistis
  Proses toilet training tidak selalu mulus, dan ini wajar. Daripada berfokus pada kemungkinan kekacauan, lebih baik fokus pada kemajuan yang dicapai anak. Mengatur ekspektasi bahwa akan ada kecelakaan atau kesalahan di sepanjang jalan bisa membantu mamah lebih santai menjalani proses ini.
3. Bertahap dan Fleksibel
  Cara ini yang masih saya lakukan. Tidak perlu langsung meninggalkan pampers sepenuhnya. Beberapa orang tua memilih pendekatan bertahap, seperti hanya melepas pampers saat di rumah atau saat anak sedang bangun. Ini bisa menjadi cara yang lebih lembut bagi mamah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sambil tetap menjaga kenyamanan anak.Â
4. Dukungan dari Pasangan dan Keluarga Â
  Komunikasikan perasaan ketidaksiapan ini kepada pasangan atau anggota keluarga lain. Dukungan dari mereka bisa membantu mamah merasa tidak sendirian dalam menjalani proses ini. Mereka juga bisa membantu mengambil alih saat mamah merasa kewalahan.
5. Menghargai Kemajuan Kecil
  Setiap langkah kecil yang diambil anak menuju keberhasilan toilet training adalah pencapaian besar. Memberi pujian dan dorongan positif pada anak, sekaligus memaafkan diri sendiri jika prosesnya tidak berjalan sempurna, bisa membantu mamah melewati masa transisi ini dengan lebih baik.
Lepas dari pampers adalah momen besar bagi anak dan orang tua, khususnya mamah. Normal untuk merasa cemas atau belum siap, namun dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang baik, kita pasti bisa melalui proses ini dengan lancar. Ingatlah bahwa proses ini adalah bagian dari perjalanan parenting yang penuh dengan tantangan namun juga kebahagiaan. Jadi, jangan khawatir, kita dan anak kita pasti berhasil melewatinya bersama.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H