Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika si Kecil Sudah Siap Lepas Pampers, tapi Mamah Belum Siap

2 September 2024   07:13 Diperbarui: 2 September 2024   07:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.123rf.com/photo_65436289_stacks-of-diapers-stacked-in-staggered-rows-on-a-white-background.html

Mengajarkan anak untuk lepas dari pemakaian pampers adalah salah satu tonggak penting dalam perkembangan mereka. Anak nursery, yang biasanya berusia 2-3 tahun, sering menunjukkan tanda-tanda siap untuk toilet training. Mereka mulai mengenali perasaan ingin buang air, bisa mengomunikasikannya, bahkan kadang menolak menggunakan pampers. Namun, tidak jarang yang terjadi justru sebaliknya: si kecil sudah siap, tetapi mamahnya yang belum. Seperti pengalaman ketika anak saya baru masuk nursery. Layaknya orang tua lain saat anak pulang sekolah saya selalu periksa apakah bekal makan dan air minumnya habis. Lalu saya tanya tadi main apa saja di kelas sembari memeriksa kondisi pampers yang dipakai. Betapa terkejutnya saat mengetahui anak saya tidak pakai pampers. Saya langsung tanya dengan panik dan mungkin sedikit histeris:
'kakak ke mana pampersnya?' 
Anak saya menjawab polos dan santai 'dilepas sama mam, mah.' 
'Oh, gitu.. ' pikiran saya sudah ke mana-mana.. bagaimana kalau tiba-tiba dia mau buang air kecil atau besar, aduh-aduh... lalu saya katakan 'sekarang setelah ganti baju pakai pampers lagi ya'
'kenapa mah pakai pampers lagi?' 
Waduh, kakaaaak... jangan.. jangan sekarang mamah belum siap kata saya dalam hati. 

Mengapa Mamah Belum Siap?

1. Takut Berantakan
   Toilet training adalah proses yang tidak instan. Di awal, sering kali anak belum sepenuhnya paham kapan mereka harus buang air kecil atau besar. Hal ini membuat para orang tua,  terutama mamah, termasuk saya khawatir rumah akan menjadi berantakan. Apalagi jika anak belum sepenuhnya bisa mengontrol buang airnya. Bahkan saat sedang berada di luar, mamah cemas akan adanya "kecelakaan" di tempat umum.

2. Kenyamanan dan Kepraktisan
   Pampers memberikan kenyamanan dan kepraktisan yang besar bagi orang tua. Saat sedang bepergian atau sibuk, pampers memudahkan orang tua karena tidak perlu buru-buru mencari toilet untuk anak. Melepas pampers berarti mamah harus lebih sigap dan siap menghadapi situasi darurat kapan saja. Mamah termasuk saya harus keluar dari zona nyaman.

3. Perasaan Belum Siap Secara Emosional
   Transisi dari pampers ke toilet juga bisa menjadi momen emosional. Bagi sebagian mamah, ini menandakan bahwa anak kita semakin besar dan lebih mandiri. Meski membanggakan, ini juga bisa menimbulkan perasaan takut kehilangan "bayi kecil" kita, sehingga membuat proses melepas pampers terasa sulit. Rasa-rasanya kok agak kurang rela ya menerima realita anak kita bertumbuh dan berkembang.

4. Perubahan rutinitas 
Melepaskan pampers berarti mengubah rutinitas harian yang sudah terbentuk dan perubahan ini bisa menimbulkan kecemasan.

Lalu bagaimana cara mengatasinya? 

Ini dia beberapa cara mengatasi ketidaksiapan mamah

1. Memahami Tanda-Tanda Kesiapan Anak
   Penting untuk mengakui bahwa setiap anak berbeda, dan beberapa anak mungkin siap lebih awal daripada yang lain. Jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan seperti tertarik pada toilet, bisa menyampaikan kapan mereka ingin buang air atau pampers mereka tetap kering lebih lama dan ini kadang terjadi pada anak saya. Ternyata itu adalah sinyal bahwa mereka siap untuk langkah berikutnya.

2. Mengatur Ekspektasi Realistis
   Proses toilet training tidak selalu mulus, dan ini wajar. Daripada berfokus pada kemungkinan kekacauan, lebih baik fokus pada kemajuan yang dicapai anak. Mengatur ekspektasi bahwa akan ada kecelakaan atau kesalahan di sepanjang jalan bisa membantu mamah lebih santai menjalani proses ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun