Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tak Bersama

1 September 2024   13:04 Diperbarui: 1 September 2024   13:14 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/vektor/keinginan-cinta-gm166008364-22722451

Saat hujan rintik-rintik membasahi trotoar yang sepi, Awan duduk di sebuah bangku taman. Matanya menatap kosong ke arah jalan yang biasanya ramai, tapi kini sunyi. Di tangan kirinya, secangkir kopi yang telah mendingin, dan di tangan kanannya, sebuah undangan pernikahan. Bukan undangan biasa, ini undangan yang mengikat takdir dua orang yang dulu pernah ia sebut sebagai teman baik.

"Aku nggak akan datang," bisik Awan pelan pada dirinya sendiri. Udara dingin menusuk kulitnya, tapi bukan itu yang membuatnya menggigil. Rasa perih di dadanya yang seolah menghimpit napas, lebih menyakitkan.

Beberapa bulan sebelumnya...

"Awan, kamu bakal dateng kan? Please, ini penting banget buat aku!" Suara Lintang di ujung telepon terdengar antusias, penuh dengan harapan.

Awan terdiam sejenak. "Lintang, aku nggak yakin kalau aku bisa..."

"Kenapa? Kamu sahabat aku, Wan. Kamu harus datang. Kalau kamu nggak datang, aku bakal kecewa banget," potong Lintang cepat.

Awan menarik napas panjang. Bagaimana mungkin ia bisa datang? Bagaimana mungkin ia berdiri di sana, menyaksikan perempuan yang ia cintai mengikat janji dengan lelaki lain? Lintang tidak tahu. Dia tidak pernah tahu. Awan menyimpan perasaannya rapat-rapat, terlalu takut untuk menghancurkan apa yang sudah mereka miliki.

"Aku coba ya, Tang. Aku coba," jawab Awan akhirnya, memaksakan sebuah senyuman di balik suaranya. Tapi di dalam, hatinya hancur berkeping-keping.

Enam bulan lalu...

Lintang dan Awan duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota, tertawa dan berbagi cerita seperti biasa. Di tengah obrolan mereka, Lintang tiba-tiba berkata, "Wan, aku ada kabar gembira. Bima lamar aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun