Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tak Bersama

1 September 2024   13:04 Diperbarui: 1 September 2024   13:14 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/vektor/keinginan-cinta-gm166008364-22722451

Awan terdiam. Perutnya serasa dihempas ombak besar. "Oh, serius?" Ia mencoba terdengar senang, tapi suaranya bergetar.

Lintang mengangguk penuh semangat. "Iya! Aku kaget, tapi juga bahagia banget. Kamu harus jadi saksi pernikahan kami, ya. Kamu kan sahabat terbaik aku!"

Awan tersenyum getir. "Iya, Tang. Aku pasti datang." Tapi di dalam hatinya, ia merasakan cinta yang selama ini dipendam seolah tenggelam ke dalam lautan yang dalam dan gelap.

Satu tahun lalu...

Hari itu adalah hari yang tak pernah bisa Awan lupakan. Mereka berdua duduk di tepi pantai, menikmati angin sepoi-sepoi dan deburan ombak. "Kalau suatu hari aku menikah, kamu bakal jadi orang pertama yang aku kasih tahu, Wan," kata Lintang, sambil tersenyum cerah.

Awan hanya menatap Lintang dalam diam, menahan setiap kata yang seharusnya ia ucapkan. Seharusnya ia mengutarakan perasaannya saat itu, tapi ia terlalu takut kehilangan. Maka, ia hanya tersenyum dan berkata, "Aku akan selalu ada buat kamu, Tang."

Dan kini, di bawah derasnya hujan yang mulai mengguyur, Awan tersadar. Seharusnya dia berani mengungkapkan cintanya. Tapi semuanya sudah terlambat. Cinta mereka tak akan pernah bisa bersama. Hatinya hancur, namun dia tahu, di sudut lain dunia, Lintang sedang berbahagia dengan pilihannya.

Awan berdiri, menatap undangan di tangannya untuk terakhir kali sebelum melangkah pergi, menghilang di balik rintik hujan. 

Tapi kemudian, suara telepon berbunyi. Suara Lintang terdengar cemas di seberang sana. "Awan... Aku nggak bisa menikah. Aku baru sadar... Aku mencintaimu. Selama ini, aku cuma takut kamu nggak punya perasaan yang sama. Tapi ternyata, kamu selalu di hati aku..."

Awan membeku di tempat. Hujan seolah berhenti turun di sekelilingnya, tapi hatinya masih dalam badai. Dia menutup matanya, membiarkan kata-kata Lintang bergema dalam pikirannya. Terlalu terlambat. 

'Cinta kita memang tak akan pernah bersama.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun