Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mempraktikkan Ilmu Parenting: Mengapa Ternyata Lebih Sulit dari yang Dibayangkan?

23 Agustus 2024   17:42 Diperbarui: 23 Agustus 2024   17:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/foto/siluet-keluarga-bahagia-yang-berdiri-di-pantai-gm606633190-103982133

Parenting, atau pola asuh, adalah salah satu tugas paling menantang yang dihadapi oleh banyak orang tua. Meskipun buku, seminar, dan sumber daya online menawarkan berbagai teori dan strategi, kenyataannya, mempraktikkan ilmu parenting tidaklah semudah membalikan telapak tangan dan membacanya di atas kertas. Banyak orang tua termasuk saya merasa terkejut saat menemukan bahwa menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sering kali jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

 
1. Setiap Anak Unik

Salah satu tantangan terbesar dalam menerapkan ilmu parenting adalah bahwa setiap anak memiliki kepribadian, temperamen, dan kebutuhan yang berbeda. Buku parenting sering kali memberikan pedoman umum, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua anak. Apa yang berhasil pada satu anak, mungkin tidak efektif pada anak yang lain. 

Contohnya, cara mendisiplinkan anak agar cepat tidur malam hari tanpa perlu marah-marah. Berdasarkan ilmu parenting, kita sebagai orang tua harus memberi penjelasan yang sederhana: Jelaskan dengan lembut mengapa penting untuk tidur tepat waktu, misalkan kita beri alasan agar mereka punya energi untuk bermain besok. Gunakan kata-kata positif yang mudah dipahami anak. Namun,  pada kenyataannya sesuai pengalaman saya, cara lembut seperti itu tidak berhasil. Anak semakin manja dan malah jadi tidak mau tidur. Justru dengan cara sedikit keras dan tegas anak berhasil tidur walaupun dengan sedikit drama.
 
Melihat hal tersebut kita sebagai orang tua perlu terus-menerus menyesuaikan strategi yang pasti bisa sangat membingungkan dan melelahkan.

2. Tekanan Emosional dan Mental

Ilmu parenting sering kali mengajarkan pentingnya tetap tenang, sabar, dan penuh kasih sayang dalam setiap situasi. Namun, menghadapi tangisan tanpa henti, tantrum, atau perilaku menantang lainnya, bisa menguji kesabaran dan emosi orang tua. Bahkan orang tua yang paling berpengalaman pun bisa merasa kewalahan dan frustasi.

Pengalaman ini terjadi saat saya melahirkan anak yang kedua dengan jarak hanya dua tahun dengan anak pertama. Kecemburuan dari anak sulung dengan sering mengganggu adiknya kadang memancing emosi. Alhasil anak sulung selalu menjadi sasaran kemarahan.

Mengelola emosi diri sendiri sambil mencoba menerapkan strategi parenting yang efektif sering kali menjadi tantangan yang berat. Ketika kelelahan fisik dan mental muncul, teori-teori ideal yang sebelumnya dipelajari bisa terlupakan, dan orang tua mungkin kembali ke pola asuh yang lebih reaktif atau impulsif.

3. Lingkungan dan Pengaruh Sosial

Selain faktor internal, lingkungan eksternal dan pengaruh sosial juga memainkan peran penting dalam bagaimana orang tua menerapkan ilmu parenting. Tekanan dari keluarga besar, teman, atau bahkan budaya setempat dapat membuat orang tua merasa terbebani untuk mengikuti cara-cara tertentu yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang mereka pelajari atau yakini.

Sebagai contoh, kadang saya sebagai seorang ibu yang berusaha menerapkan teknik "positive parenting" mendapat tekanan dari keluarga yang lebih tua untuk menggunakan pendekatan disiplin yang lebih ketat. Konflik seperti ini kadang membuat saya sebagai orang tua ragu dan sulit untuk tetap konsisten dalam pendekatan untuk anak-anak.

4. Konsistensi yang Sulit Dicapai

Konsistensi adalah salah satu elemen kunci dalam parenting, namun juga salah satu yang paling sulit untuk dipertahankan. Rutinitas sehari-hari yang padat, perubahan suasana hati, dan keadaan yang tidak terduga dapat mengganggu pola asuh yang ideal. Orang tua sering kali menemukan diri mereka berada dalam situasi di mana mereka harus berkompromi atau membuat pengecualian, yang kemudian dapat mengganggu konsistensi dan pesan yang mereka coba sampaikan kepada anak-anak.

 

Sebagai contoh, meskipun saya berniat untuk menerapkan batasan waktu layar yang ketat, situasi seperti kesibukan pekerjaan atau kelelahan mungkin membuat saya terkadang membiarkan anak saya menonton lebih lama dari yang direncanakan. Hal ini bisa menimbulkan perasaan bersalah atau keraguan diri, dan membuat ilmu parenting yang dipelajari terasa sulit untuk diterapkan dengan benar.

5. Faktor Kebutuhan Orang Tua

Sering kali, fokus dalam parenting adalah pada kebutuhan anak, sementara kebutuhan orang tua sendiri diabaikan. Padahal orang tua juga manusia yang memiliki kebutuhan fisik, emosional, dan psikologis. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, kemampuan mereka untuk mempraktikkan pola asuh yang ideal menjadi terpengaruh. Seperti saya yang harus membagi fisik dan psikis antara anak sulung yang sangat manja, anak bungsu yang masih harus diberi ASI, dan pekerjaan. 

Orang tua yang tidak cukup tidur, mengalami stres, atau merasa tidak mendapatkan dukungan sosial yang memadai mungkin merasa sulit untuk tetap tenang dan konsisten. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang tua untuk menjaga kesejahteraan sendiri sebagai bagian dari strategi parenting yang efektif.

6. Proses Pembelajaran yang Berkelanjutan

Penting untuk diingat bahwa parenting adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Tidak ada orang tua yang sempurna, dan kesalahan adalah bagian alami dari perjalanan ini. Ilmu parenting dapat memberikan panduan dan strategi, namun fleksibilitas dan adaptasi adalah kunci dalam menghadapinya.

Setiap hari pasti selalu membawa tantangan dan pelajaran baru. Berlatih kesabaran terhadap diri sendiri, menerima kesalahan sebagai bagian dari proses, dan terus belajar, kita, orang tua dapat meningkatkan keterampilan dalam menghadapi kompleksitas parenting.

Jadi, menurut saya menerapkan ilmu parenting memang lebih sulit dari yang terlihat di permukaan. Meskipun berbagai teori dan strategi dapat memberikan panduan, kenyataan bahwa setiap anak berbeda, tekanan emosional, pengaruh sosial, dan kebutuhan orang tua sendiri membuat tugas ini penuh tantangan. Hal yang terpenting adalah memahami bahwa parenting adalah proses yang tidak sempurna, dan setiap langkah, bahkan yang sulit sekalipun, adalah bagian dari perjalanan menuju menjadi orang tua yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun